Setiap pagi aku lihat di jalanan banyak pekerja / buruh yang berasal dari India atau Bangladesh yang dijemputin pake mobil bak terbuka. Biasanya pekerjaan yang orang Singapura sendiri nggak mau kerjain mungkin karena “gengsi” atau mungkin karena pekerjaannya terlalu “berat” (menurut mereka) diambil alih sama pekerja dari luar, itu kenapa di sini banyak banget orang India, Bangladesh, Myanmar, Malaysia bahkan Indonesia yang datang untuk bekerja.
Sering aku lihat di kantorku di Jurong Island, pekerja dari India ini melakukan pekerjaan seperti mengecat pipa, gedung, tukang bersih-bersih, tukang bangunan etc. Biasanya pekerjaan itu dilakukan di luar gedung, jadi yang pasti panas banget udaranya. Apalagi di Jurong Island yang di mana-mana tuh banyak tanki minyak jadi tambah panas rasanya. Setiap jam istirahat, orang-orang ini pada duduk deket dengan kantorku. Mereka membuka bekal yang di bawanya dari rumah (karena deket tempat aku kerja nggak ada kantin), sedih kadang aku melihat cara mereka makan. Nasinya banyak, lauknya cuma ikan satu potong trus dengan “kuah kari”, tetapi melihat cara mereka makan sepertinya mereka begitu menikmati makanan tersebut. Setelah makan siang, biasanya mereka sempetin tidur sebentar sebelum “supervisor” nya datang suruh mereka mulai kerja lagi.
Pernah aku ngobrol dengan salah seorang dari mereka, walaupun dengan bahasa Inggris yang patah-patah tetapi kita bisa berkomunikasi dengan baik. Dari obrolan itu aku tahu kalau ternyata gaji mereka tuh nggak besar, udah gitu biasanya mereka tinggal bersama-sama dalam satu rumah yang sempit yang di sewa oleh bosnya. Menurut dia, mereka juga mesti bayar “agent” yang bawa mereka ke sini (dicicil setiap bulan). Yang paling mengagumkan, selama kita ngobrol orang tersebut terlihat sedih. Dia bilang, ini adalah tanggung jawabnya untuk menghidupi keluarganya di India.
Melihat dan mendengar hal seperti ini membuat aku sadar diri, seharusnya aku tuh “bersyukur” dengan apa yang aku punya sekarang. Pekerjaan yang baik, istri yang selalu ada di dekatku dan keluarga juga teman-teman di sekitarku. Bukan seperti mereka, sendirian jauh dari keluarga, pekerjaan berat menanti setiap hari.
Terima kasih Tuhan, sekali lagi Engkau buka “mata” ku ini………..
No comments:
Post a Comment