Dalam 2 bulan terakhir ini sudah beberapa kali perusahaan tempat aku kerja “ganti” tukang bersih-bersih kantor. Mula-mula ada yang sakit, trus diganti sama yang baru. Orang barunya juga sakit, mugkin nggak tahan nyiumin bau “bahan kimia” yang ada di dalam laboratoriumku. Pengganti yang dateng ternyata seorang perempuan tua, orangnya baik tapi namanya orang tua yah sedikit lambat kerjanya. Baru hari kedua kerja, kepalanya ke pentok meja. Lukanya cukup besar, sampai perlu di jahit. Pengganti berikutnya adalah seorang ibu tua dari “Malaysia”, dia pernah cerita sama aku, dia tuh bangun jam 1 pagi trus bersihin rumah, masak buat keluarganya dan sekitar jam 4.30 pagi berangkat kerja ke Singapur naik bis. Padahal setiap hari dia sampai rumah sekitar jam 9 malem, kasihan aku ngelihatinnya tapi dia tuh enjoy aja sama apa yang dia lakuin. Hari ini dia bersihin “toilet” perempuan, kepeleset dan kepalanya berdarah. Ternyata “cepit” rambut yang dia pakai menusuk kepalanya. Ambulan dateng, semuanya jadi panik. Nggak tahu lagi kejadian seterusnya, yang pasti ibu itu di bawa ke rumah sakit. Cepat sembuh ya bu……..
Kecelakaan memang bisa terjadi di mana saja, seperti di tempat aku bekerja besar sekali kemungkinan untuk terjadi “kecelakaan kerja”. Dan kacaunya, semua kejadian ini harus di laporkan ke pihak yang berwenang di Singapore (MOM). Pihak ini kemudian akan melakukan “investigasi”, dan kalau di temukan kesalahan atau tidak sesuai dengan prosedur, mereka punya wewenang untuk kasih “warning” bahkan mungkin mencabut ijin usahanya. Kebanyakan orang di sini nggak suka untuk “report” kalau ada kecelakaan, karena nantinya harus nulis laporan yang cukup panjang menjelaskan gimana terjadinya kecelakaan tersebut. Seharusnya mereka bersyukur, punya pemerintah yang betul-betul menjaga keselamatan para pekerjanya. Andai saja Indonesia punya system semacam ini, banyak orang bisa di selamatkan dari kecelakaan kerja dan kejadian seperti di Sidoarjo. Kalau pemerintah peka, kebocoran dan luapan lumpur panas yang menenggelamkan tiga desa di kecamatan Porong bisa di hindarkan. PT. Lapindo Brantas harus bertanggung jawab atas kejadian ini, jangan karena pemilik perusahaan dekat dengan “penguasa” jadi bisa bebas tanpa “gugatan”. Tolong bapak pemimpin, kasihan “orang kecil” yang kena akibatnya.
No comments:
Post a Comment