Setelah libur panjang hari aku masuk kerja. Rasanya males banget buat bangun, mandi dan berangkat ke kantor. Di dalam bis jemputan suasana juga masih sepi karena banyak yang cuti dan baru masuk lagi Senin depan. Sampai di kantor “worksheet” harus di check dan di fax ke head office juga “bejibun” (buanyak buanget) bikin semangatku patah. Rasanya hari ini akan jadi hari yang sangat panjang buatku. Pelan-pelan aku beresin semua kerjaanku, untungnya beberapa superintendent yang biasanya ngasih kerjaan nggak masuk (masih cuti juga) jadinya hari ini nggak banyak telepon yang harus di jawab, dan kerjaanku bisa cepat selesai karena nggak ada gangguan dari mereka. Nikmatin liburan panjang sih emang enak, tapi beresin kerjaan yang numpuk habis liburan juga nggak enak. Maunya sih libur panjang, trus balik kerja tapi semuanya udah diberesin sama orang lain….he…he…he….namanya juga manusia maunya yah yang enak-enak dooonnnnggggg
Akhirnya jam 5 sore dateng juga, lega bener rasanya kayanya plong banget gitu. Tapi ada masalah lain datang, temenku yang biasa mancing dan keluar bareng bikin aku “bete”. Dari pagi aku teleponin nggak dijawab-jawab, biasanya dia pasti telepon balik kalau dia lihat ada “missed call” dari aku. Tapi nggak tahu kenapa hari ini dia nggak telepon balik. Yang bikin aku tambah kesel lagi, aku telepon temenku yang lain ternyata mereka udah janjian mau pergi mancing hari ini. Buat aku sih gampang aja, kalau mereka nggak mau aku ikut yah bilang dong nggak perlu ngumpet-ngumpet kaya begini. Mungkin dia lagi kesel sama aku, tapi bilang dong apa salahku. Dia adalah temen pertamaku di Singapore waktu aku dateng bulan juli 2001, kita selalu pergi keluar sama-sama. Mulai dari mancing, makan, relaks di pub atau bar kita selalu sama-sama, memang setelah aku menikah sama Lita semuanya itu jadi berkurang frekwensinya.
Kecewa banget rasanya atau itu cuma perasaanku aja yang lagi sensitif karena banyak kerjaan dan cape……..?????? aku nggak tahu jawabanya. Hampir 90 persen rahasia hidupku dia tahu dan begitu juga sebaliknya. Masak sih kita nggak bisa duduk berdua ngomongin kalau kita punya masalah dan coba untuk selesaikan secara “dewasa”. Aku begitu menghargai “persahabatan” ku dengan dia dan aku sudah menganggap dia seperti saudaraku sendiri, Bukan cuma aku saja tetapi ibuku juga sudah menganggap dia seperti anaknya sendiri dan juga sebaliknya ibunya juga berbuat yang sama terhadap aku. Tapi kenapa ……..??????????????
No comments:
Post a Comment