Hari ini merupakan hari “bersejarah” buat Lita, dia sudah “resmi” mengundurkan diri dari tempat kerjanya. Surat pengunduran dirinya sudah di kirim ke “bos” besar di Jakarta dan “diterima” dengan dengan baik, malah si bos nulis di emailnya kalau mungkin di masa mendatang bisa “bekerjasama” dalam hal yang lain dengan dia. Basa-basi yang bikin aku jadi pengen “muntah” deh, Sembilan setengah tahun berbakti di perusahaan, berperan “besar” dalam mensukseskan 2 cabang perusahaan di Singapura nggak ada yang bilang “terima kasih”. Naik gaji aja mesti “minta” dulu, itu juga nggak selalu di kasih. Susah memang kerja di perusahaan yang di pegang sama orang Indo khususnya atau Asia umumnya, mereka nggak bisa “menghargai” hasil kerja seseorang. Yang dipikirin tuh cuma cari “untung” sebanyak-banyaknya tanpa mikirin “kesejahteraan” karyawan. Waktu perusahaan lagi “maju” dan dapet untung banyak mereka tertawa sendiri sambil ngitungin berapa banyak untung yang di dapat, dan waktu lagi “turun” mulai deh “pecat” orang dengan alasan “efisiensi”. Pokoknya mau enaknya sendiri deh, tetapi aku yakin satu hari orang seperti ini “pasti” kena batunya, peribahasanya “siapa menabur angin akan menuai badai” …he…he…he….. atau paling nggak mereka tuh “masuk angin” deh …….ha…ha…ha…. biar “kembung” perutnya …… hua…hua…ha…….ha….ha…
Pulang kerja aku pergi ke Orchad sebentar, mau ketemuan sama temen-temenku, Lita juga katanya mau ikutan “free talk” tentang jual beli saham. Dia bilang sih cuma mau tahu aja, bukannya mau ikutan “main” saham. Belum lama sampe Orchad, Lita telepon katanya hujan deres banget di Bukit Timah (padahal Orchad nggak hujan), trus dia bilang nggak jadi pergi karena temennya juga nggak bisa. Akhirnya dia pulang kerumah, nggak jadi keluar.
Aku pulang sekitar jam 10 lebih, mandi trus makan malem (kemaleman kali yeee). Nanti sekitar jam 1 atau 2 pagi mesti bangun lagi, ada “report” yang harus di bikin. Pagi ini ada “shipment” buat Changi Airport, mau nggak mau mesti bangun. Tapi enaknya besok bisa ambil “off” nggak perlu ambil cuti …..he….he…he…. Mudah-mudahan bisa bangun nanti ……
Thursday, November 30, 2006
Wednesday, November 29, 2006
Menu Rantangan Hari Ini
Hari ini menu rantangan kita bernuansa Indonesia, maksudnya untuk mengobati kerinduan pelanggan akan kampung halaman. Ada sate ayam, sayur daun singkong, ikan teri medan dimasak sambal, tempe goreng dan acar.
Kebetulan semua pelanggan kita orang Indonesia jadi aku rasa mereka pasti seneng dapat menu makanan seperti ini. Tetapi “lidah” orang tuh lain-lain, kadang satu bilang enak tetapi yang lain bilang biasa-biasa saja. Apalagi kebanyakan mereka sudah cukup lama tinggal di Singapura, yang rasa masakannya tuh serba kurang (buat aku sih, nggak tahu buat yang lain). Tapi yang semua orang setuju sih kurang asin dan bumbunya tuh kurang berasa nggak kaya makanan Indo yang banyak pakai rempah-rempah. Tetapi “katanya” cara masak yang seperti itu “kurang sehat” nggak tahu bener apa nggak sih, memang garam yang kebanyakan juga nggak baik buat kesehatan, tetapi kurang garam juga nggak enak kan rasa masakan jadi “hambar”… betul nggak pembaca …..??????
Bikin usaha catering tuh nggak gampang, mesti sabar dan tahan banting. Kadang ada customer yang “cerewet”, semua masakan kita di “komentarin”. Kalau komentarnya membangun sih nggak apa-apa kita malah seneng dapet masukkan gitu, tapi kadang komentarnya cuma mikirin dirinya sendiri. Kalau aku sama Lita sih bisa terima, tapi mamiku tuh susah nerima yang kaya begini. Mungkin dia ngerasa sudah cape-cape masak dan berusaha sebaik mungkin supaya masakannya bisa di terima oleh “lidah” para pelanggan kita, tapi dapat komentar yang “miring” gitu.
Kebetulan semua pelanggan kita orang Indonesia jadi aku rasa mereka pasti seneng dapat menu makanan seperti ini. Tetapi “lidah” orang tuh lain-lain, kadang satu bilang enak tetapi yang lain bilang biasa-biasa saja. Apalagi kebanyakan mereka sudah cukup lama tinggal di Singapura, yang rasa masakannya tuh serba kurang (buat aku sih, nggak tahu buat yang lain). Tapi yang semua orang setuju sih kurang asin dan bumbunya tuh kurang berasa nggak kaya makanan Indo yang banyak pakai rempah-rempah. Tetapi “katanya” cara masak yang seperti itu “kurang sehat” nggak tahu bener apa nggak sih, memang garam yang kebanyakan juga nggak baik buat kesehatan, tetapi kurang garam juga nggak enak kan rasa masakan jadi “hambar”… betul nggak pembaca …..??????
Bikin usaha catering tuh nggak gampang, mesti sabar dan tahan banting. Kadang ada customer yang “cerewet”, semua masakan kita di “komentarin”. Kalau komentarnya membangun sih nggak apa-apa kita malah seneng dapet masukkan gitu, tapi kadang komentarnya cuma mikirin dirinya sendiri. Kalau aku sama Lita sih bisa terima, tapi mamiku tuh susah nerima yang kaya begini. Mungkin dia ngerasa sudah cape-cape masak dan berusaha sebaik mungkin supaya masakannya bisa di terima oleh “lidah” para pelanggan kita, tapi dapat komentar yang “miring” gitu.
Tuesday, November 28, 2006
Selasa, 28 November 2006
Sekolahan di Singapura sudah libur, suasana pagi jadi kurang “semarak” nggak rame gitu. Biasanya sekitar jam 6 pagi, ada bus jemputan berhenti di bawah blok tempat aku tinggal untuk ngejemput anak-anak SD yang mau berangkat sekolah, jadi pagi-pagi tuh sudah pada baris dan ngorol-ngobrol sambil nungguin busnya datang. Biasanya mereka di anterin sama orang tua atau banyak juga para pembantu yang nganterin. Sekolahan disini kebanyakan mulai jam 7.30 pagi, jadi yang rumahnya jauh di jemput duluan, trus busnya jemput yang lain dan setelah semuanya di jemput, baru mereka di anter ke sekolah. Jemputan sekolah kaya begini nggak murah lho bayarnya, ada temenku yang bilang dia bayar buat jemputan sekolah anaknya tuh sekitar 90 – 120 dollar sebulannya. Padahal rumahnya nggak jauh dari sekolahan, sekitar 5 halte bus saja, karena mesti ngejemput yang lain jadi di jemputnya sekitar jam 6.30 pagi dan harus ikut muter-muter dulu baru sampe di sekolahan. Aku ngebayangin kalau lagi pada ujian gimana yah ….????? Apa yang sudah di pelajari dirumah bisa jadi lupa gara-gara kepalanya “puyeng” ikutin busnya yang muter-muter …he…he…he…
Angkutan umum seperti bus dan MRT juga jadi “agak” sepi, aku nggak harus berdesak-desakan lagi di dalam MRT setiap pagi. Banyak temen-temenku yang “pulang kampung” ke Indonesia bulan Desember nanti, ini sudah menjadi “acara” rutin mereka setiap tahun. Dari pada “bosen” di Singapore, mendingan juga pulang ke kampung halaman sekalian ketemu sama temen dan sodara deket. Ada juga beberapa keluarga yang nggak pulang kampung, tapi berencana untuk “liburan” bareng ke “Genting” di Malaysia, mereka semua punya mobil dan mau “konvoy” dari Singapura ke Genting (kira-kira 4 jam deh kalau bawa mobil sendiri). Enak juga sih kayanya, Lita bilang kalau kita juga punya mobil dia mau ikutan sama mereka sambil bawa mamiku dan Minah jalan-jalan, kasihan mereka di rumah terus nggak pernah di ajak kemana-mana. Di doain aja yah non, biar kita cepet-cepet punya mobil juga …he…he…he…hik…hik…hik….. (ketawa trus nangis).
Angkutan umum seperti bus dan MRT juga jadi “agak” sepi, aku nggak harus berdesak-desakan lagi di dalam MRT setiap pagi. Banyak temen-temenku yang “pulang kampung” ke Indonesia bulan Desember nanti, ini sudah menjadi “acara” rutin mereka setiap tahun. Dari pada “bosen” di Singapore, mendingan juga pulang ke kampung halaman sekalian ketemu sama temen dan sodara deket. Ada juga beberapa keluarga yang nggak pulang kampung, tapi berencana untuk “liburan” bareng ke “Genting” di Malaysia, mereka semua punya mobil dan mau “konvoy” dari Singapura ke Genting (kira-kira 4 jam deh kalau bawa mobil sendiri). Enak juga sih kayanya, Lita bilang kalau kita juga punya mobil dia mau ikutan sama mereka sambil bawa mamiku dan Minah jalan-jalan, kasihan mereka di rumah terus nggak pernah di ajak kemana-mana. Di doain aja yah non, biar kita cepet-cepet punya mobil juga …he…he…he…hik…hik…hik….. (ketawa trus nangis).
Monday, November 27, 2006
"Skizofrenia"
Mungkin kita pernah melihat seseorang yang sedang berdiam diri tiba-tiba berteriak tidak karuan, berlari ke sana kemari tanpa tujuan. Lalu berhenti dan diam. Lalu mengulangi perbuatan yang sama. Suasana hatinya juga bisa berubah dengan cepat. Orang semacam ini dinamakan “Skizofrenia”. Penyakit ini merupakan gangguan jiwa yang serius, cirinya adalah hilangnya respon emosional dan menarik diri dari hubungan antar pribadi normal.
Penderita “Skizofrenia” ditandai dengan ketidakmampuan menilai “realita”, seperti mendengar suara-suara, berprilaku aneh, seringkali diikuti dengan “delusi” (keyakinan yang salah) dan “halusinasi” (persepsi tanpa ada ransang panca indera). Penyakit ini bisa diderita siapa saja, hanya saja gejalanya muncul pada “usia remaja akhir” atau “dewasa muda”. Pada laki-laki biasanya dimulai pada usia lebih muda yaitu 15-25 tahun, sedangkan pada wanitalebih lambat, yaitu sekitar 25-35 tahun. Kondisi penderita sering lambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Pengetahuan masyarakat yang masih rendah tentang penyakit ini, menyebabkan kebingungan dan penolakan, dan malah mencari pengobatan alternative contohnya ke “dukun” atau “orang pintar”.
Sampai saat ini penyebab “Skizofrenia” belum diketahui secara jelas, penelitian menunjukkan tanda-tanda yang kuat bahwa penyakit ini disebabkan oleh berbagai factor seperti, gangguan otak, ketidak seimbangan kimiawi otak dan gangguan struktur atau fungsi otak. Faktor keturunan juga berperan dalam terjadinya “Skizofrenia”. Resiko untuk menderita penyakit ini meningkat apabila ada anggota keluarga yang menderita sebelumnya. Faktor genetic memang berisiko tinggi, perkembangan kognitifnya sudah terjadi sebelum mereka lahir. Menurut salah seorang pakar ,kemunculan saat dewasa bisa terpicu oleh “stress”.
Untungnya “Skizofrenia” dapat disembuhkan, selain dengan obat harus juga dilakukan “rehabilitasi” maksudnya, pasien dilibatkan dalam berbagai kegiatan di masyarakat. Kegiatannya harus disesuaikan dengan kemampuan individual pasien, bisa berupa terapi “kognitif”, terapi lukis atau terapi sosial. Pengobatan yang benar harus dilakukan secara “holistik”, menyeluruh dan berkesinambungan. Minum obat pun harus terus-menerus, tetapi bukan berarti ketergantungan. Lama kelamaan dosisnya bisa diturunkan, hal ini bertujuan untuk memperbaiki struktur “neurobiologi” nya.
Terapi lukis menjadi salah satu terapi yang efektif untuk menyembuhkan “Skizofrenia”, Seni bagi penderita penyakit ini sangat bervariasi bentuknya, karena ada berbagai bentuk dan symbol yang dapat diambil dari “dunia” Skizofrenia. Dari goresan garis bisa terbaca emosinya, apakah sedang marah, bohong, atau gugup. Selama proses melukis seperti terjadi “dialog” terus menerus dan tanpa banyak “ngomong”, mereka bisa menuangkan segala perasaannya. Ada yang melukis dengan sangat indah bak pelukis maestro, tapi ada juga yang hanya berupa guratan garis dan warna. Walaupun begitu aapa yang mereka lukiskan bukanlah tanpa makna. Semuanya menggambarkan emosi, jiwa, serta pengalaman yang pernah dialaminya. Tetapi semua pengobatan ini tidak ada gunanya, tanpa adanya dukungan dari “keluarga” dan “masyarakat” yang tinggal disekitar penderita “Skizofrenia”.
Kompas, Minggu 12 November 2006.
Penderita “Skizofrenia” ditandai dengan ketidakmampuan menilai “realita”, seperti mendengar suara-suara, berprilaku aneh, seringkali diikuti dengan “delusi” (keyakinan yang salah) dan “halusinasi” (persepsi tanpa ada ransang panca indera). Penyakit ini bisa diderita siapa saja, hanya saja gejalanya muncul pada “usia remaja akhir” atau “dewasa muda”. Pada laki-laki biasanya dimulai pada usia lebih muda yaitu 15-25 tahun, sedangkan pada wanitalebih lambat, yaitu sekitar 25-35 tahun. Kondisi penderita sering lambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Pengetahuan masyarakat yang masih rendah tentang penyakit ini, menyebabkan kebingungan dan penolakan, dan malah mencari pengobatan alternative contohnya ke “dukun” atau “orang pintar”.
Sampai saat ini penyebab “Skizofrenia” belum diketahui secara jelas, penelitian menunjukkan tanda-tanda yang kuat bahwa penyakit ini disebabkan oleh berbagai factor seperti, gangguan otak, ketidak seimbangan kimiawi otak dan gangguan struktur atau fungsi otak. Faktor keturunan juga berperan dalam terjadinya “Skizofrenia”. Resiko untuk menderita penyakit ini meningkat apabila ada anggota keluarga yang menderita sebelumnya. Faktor genetic memang berisiko tinggi, perkembangan kognitifnya sudah terjadi sebelum mereka lahir. Menurut salah seorang pakar ,kemunculan saat dewasa bisa terpicu oleh “stress”.
Untungnya “Skizofrenia” dapat disembuhkan, selain dengan obat harus juga dilakukan “rehabilitasi” maksudnya, pasien dilibatkan dalam berbagai kegiatan di masyarakat. Kegiatannya harus disesuaikan dengan kemampuan individual pasien, bisa berupa terapi “kognitif”, terapi lukis atau terapi sosial. Pengobatan yang benar harus dilakukan secara “holistik”, menyeluruh dan berkesinambungan. Minum obat pun harus terus-menerus, tetapi bukan berarti ketergantungan. Lama kelamaan dosisnya bisa diturunkan, hal ini bertujuan untuk memperbaiki struktur “neurobiologi” nya.
Terapi lukis menjadi salah satu terapi yang efektif untuk menyembuhkan “Skizofrenia”, Seni bagi penderita penyakit ini sangat bervariasi bentuknya, karena ada berbagai bentuk dan symbol yang dapat diambil dari “dunia” Skizofrenia. Dari goresan garis bisa terbaca emosinya, apakah sedang marah, bohong, atau gugup. Selama proses melukis seperti terjadi “dialog” terus menerus dan tanpa banyak “ngomong”, mereka bisa menuangkan segala perasaannya. Ada yang melukis dengan sangat indah bak pelukis maestro, tapi ada juga yang hanya berupa guratan garis dan warna. Walaupun begitu aapa yang mereka lukiskan bukanlah tanpa makna. Semuanya menggambarkan emosi, jiwa, serta pengalaman yang pernah dialaminya. Tetapi semua pengobatan ini tidak ada gunanya, tanpa adanya dukungan dari “keluarga” dan “masyarakat” yang tinggal disekitar penderita “Skizofrenia”.
Kompas, Minggu 12 November 2006.
Sunday, November 26, 2006
Minggu, 26 November 2006
Seperti biasa kegereja jam 11 siang, ruangan “chapel” masih penuh sesak dengan jemaat. Biasanya kalau sudah mau masuk bulan Desember gereja tuh “sepi” pengunjung. Kebanyakan pada pulang ke “kampung” halaman masing-masing, yang ada cuma orang-orang yang nggak pulang kampung kaya aku contohnya. Berasa sedih juga waktu kebaktian “Natal”, yang dateng cuma sedikit. Tetapi biasanya dari tahun ke tahun, drama Natal tuh selalu bagus untuk di tonton.
Pulang dari gereja kita belanja ke West Mall sebentar, selesai belanja pulang kerumah dan makan siang sama Lita. Habis itu aku langsung “kabur” ke Yishun, janjian sama temen mau mancing ke Pasir Ris sore ini. Cuaca sedikit berawan di tambah hujan “gerimis”, padahal kemaren cuaca cerah banget. Memang sudah jadi kebiasaan, kalau kita mau mancing aja cuaca langsung berubah jadi nggak bener. Kalau hujan kaya gini, mau mancing tuh males nanti baju jadi basah, biasanya kita lempar umpan trus kita berteduh di bawah payung sambil ngeliatin kalau-kalau ada ikan yang makan. Biasanya kita jadi males untuk “berusaha”, kebanyakannya kita cuma duduk-duduk doang mangkanya ikan juga nggak mau makan umpan kita. Ikan laut tuh biasanya makan umpan yang “hidup”, jarang mau makan umpan “mati” kaya daging ikan atau semacemnya. Udang hidup merupakan pilihan terbaik untuk menarik mereka, tapi kadang daging ikan juga di makan tergantung sama “mood” dan keberuntungan kita.
Pulang mancing langsung balik kerumah, temenku yang punya mobil nganterin sampai di bawah blok. Habis mandi langsung makan malem sama Lita. Cape banget rasanya, mau tidur cepet hari ini. Besok harus kerja, mudah-mudahan nggak kesiangan yah…….. Met bobo deh……
Pulang dari gereja kita belanja ke West Mall sebentar, selesai belanja pulang kerumah dan makan siang sama Lita. Habis itu aku langsung “kabur” ke Yishun, janjian sama temen mau mancing ke Pasir Ris sore ini. Cuaca sedikit berawan di tambah hujan “gerimis”, padahal kemaren cuaca cerah banget. Memang sudah jadi kebiasaan, kalau kita mau mancing aja cuaca langsung berubah jadi nggak bener. Kalau hujan kaya gini, mau mancing tuh males nanti baju jadi basah, biasanya kita lempar umpan trus kita berteduh di bawah payung sambil ngeliatin kalau-kalau ada ikan yang makan. Biasanya kita jadi males untuk “berusaha”, kebanyakannya kita cuma duduk-duduk doang mangkanya ikan juga nggak mau makan umpan kita. Ikan laut tuh biasanya makan umpan yang “hidup”, jarang mau makan umpan “mati” kaya daging ikan atau semacemnya. Udang hidup merupakan pilihan terbaik untuk menarik mereka, tapi kadang daging ikan juga di makan tergantung sama “mood” dan keberuntungan kita.
Pulang mancing langsung balik kerumah, temenku yang punya mobil nganterin sampai di bawah blok. Habis mandi langsung makan malem sama Lita. Cape banget rasanya, mau tidur cepet hari ini. Besok harus kerja, mudah-mudahan nggak kesiangan yah…….. Met bobo deh……
Saturday, November 25, 2006
Rumah Sepi Lagi
Semua sudah pulang tadi pagi, rumah jadi sepi lagi. Semuanya kembali “normal”, “sedih” juga sih rasanya, tapi ada rasa “lega” juga. Kalau di pikirin waktu mereka ada di sini memang “kacau”, rumah jadi berantakan, jam tidur juga jadi nggak bener. Manusia memang kaya gitu, semuanya tergantung dari “kebiasaan” dan kalau kebiasaan itu di ganggu ada perasaan nggak “nyaman”. Tetapi kalau hidup ini nggak ada “variasinya” juga orang jadi “bosen” trus “stress” dan ujung-ujungnya jadi sakit. Aku lagi coba belajar untuk “menikmati” hidup, berusaha untuk nggak komplen kalau ada masalah, pokoknya senyum selalu ……. Tapi jangan senyumnya keterusan nanti dikirain “gila” lagi ..he..he..he.. Hidup itu “pendek” jadi bagusnya tuh di isi sama hal-hal yang baik dan menyenangkan. Paling tidak kalau nggak menyenangkan diri sendiri, yah berusaha untuk menyenangkan orang lain gitu …….. Betul kan ….. kalau sudah bisa begitu, pasti hidup ini jadi lebih “indah”.
Pulang kerja langsung kerumah, ngantuk banget rasanya pengen buru-buru tidur. Sampe di rumah ternyata Lita lagi mau coba bikin “mpek-mpek”, kacau alamat nggak tidur siang neehhhhh… Habis makan siang, langsung bantuin Lita bikin mpek-mpek. Dia dapet resep dari temen kerjanya, kalau berhasil mau di kasih ke orang-orang yang rantangan sama kita. Akhirnya selesai juga sekitar jam 3 an, langsung cepet-cepet tidur. Bangun jam 5 sore, langsung nyobain hasil kerja keras kita. Ternyata hasilnya lumayan juga, cuma kurang asin dikit deh. Lita seneng banget, sampe makan malem juga nggak mau makan nasi tapi makan mpek-mpek lagi. Jangan sampe sakit perut yah non……….
Pulang kerja langsung kerumah, ngantuk banget rasanya pengen buru-buru tidur. Sampe di rumah ternyata Lita lagi mau coba bikin “mpek-mpek”, kacau alamat nggak tidur siang neehhhhh… Habis makan siang, langsung bantuin Lita bikin mpek-mpek. Dia dapet resep dari temen kerjanya, kalau berhasil mau di kasih ke orang-orang yang rantangan sama kita. Akhirnya selesai juga sekitar jam 3 an, langsung cepet-cepet tidur. Bangun jam 5 sore, langsung nyobain hasil kerja keras kita. Ternyata hasilnya lumayan juga, cuma kurang asin dikit deh. Lita seneng banget, sampe makan malem juga nggak mau makan nasi tapi makan mpek-mpek lagi. Jangan sampe sakit perut yah non……….
Friday, November 24, 2006
"Orchad here we come"
Hari ini aku ambil setengah hari cuti, mau ikutan jalan-jalan ke Orchad nanti siang. Katanya sih mereka pada mau belanja “habis-habisan” di sana soalnya besok pagi sudah balik lagi ke Jakarta. Sebenernya aku tuh nggak tahan nemenin orang belanja, apalagi kalau perempuan yang belanja ……. Maunya semua di lihat dulu, trus dibandingin dulu harganya dan kalau sudah betul-betul masuk dalam perhitungan baru di beli. Bayangin kalau mereka mau beli 10 barang, mesti muter-muter berapa kali yah …… Yang jadi masalahnya lagi, di Orchad Mallnya tuh nggak jauh-jauh letaknya, jadi kemungkinan mampir untuk bandingin tuh “gede” banget …he…he…he…. Tapi itung-itung jalan-jalan deh, siapa tahu nanti “jajan” lagi kaya hari itu ….. 3 porsi untuk 2 orang …ha..ha..ha…
Kalau kerja setengah hari, rasanya tuh mau cepet-cepet jam 12 ajah. Sebentar-sebentar ngeliatin jam “exited” gitu, tapi makin di liat jamnya makin pelan jalannya. Sebelum pulang sekitar jam 11 an hujan turun deres banget, kalau begini jalan-jalannya gimana dong………. Tapi sekitar jam 12.15 hujannya reda, tinggal gerimis doang dan waktu aku sampe rumah hujannya udah berhenti. Lita berangkat duluan, aku tungguin cicinya indung-indung Samuel dulu baru berangkat.
Ketemuan sama Lita di Wisma Atria, trus kita rame-rame jalan ke OG deket Centre Point. Mereka pada masuk ke Mall belanja, aku duduk di luar nungguin barang. Mendingan begitu deh dari pada mesti ikutan muter-muter di dalam Mall, nanti bisa-bisa kepalaku jadi pusing ngeliat banyak orang. Aku tuh nggak betah aja kalau jalan-jalan di tempat yang rame gitu, biasanya kepalaku tuh langsung “puyeng”. Kita pulang dari Orchad sekitar jam 7 malem, naik bus nomer 77 lewat bukit timah. Sampe rumah rasanya cape banget, mandi trus makan sama Lita.
Semuanya pada siap-siapin barang untuk pulang besok, rame deh pokoknya. Berangkat penuh sama barang yang kita pesen, pulang juga penuh sama barang belanjaan mereka. Besok jam 6 pagi mereka berangkat dari rumah, semuanya udah pada ketakutan nggak bisa bangun, soalnya biasanya mereka bangun sekitar jam 8 – 9 pagi waktu sini, berarti jam 7 – 8 waktu Jakarta. Semuanya sibuk pasang alarm di handphonenya masing-masing, mudah-mudahan nggak terlambat deh besok. Selamat jalan yah ……..
Kalau kerja setengah hari, rasanya tuh mau cepet-cepet jam 12 ajah. Sebentar-sebentar ngeliatin jam “exited” gitu, tapi makin di liat jamnya makin pelan jalannya. Sebelum pulang sekitar jam 11 an hujan turun deres banget, kalau begini jalan-jalannya gimana dong………. Tapi sekitar jam 12.15 hujannya reda, tinggal gerimis doang dan waktu aku sampe rumah hujannya udah berhenti. Lita berangkat duluan, aku tungguin cicinya indung-indung Samuel dulu baru berangkat.
Ketemuan sama Lita di Wisma Atria, trus kita rame-rame jalan ke OG deket Centre Point. Mereka pada masuk ke Mall belanja, aku duduk di luar nungguin barang. Mendingan begitu deh dari pada mesti ikutan muter-muter di dalam Mall, nanti bisa-bisa kepalaku jadi pusing ngeliat banyak orang. Aku tuh nggak betah aja kalau jalan-jalan di tempat yang rame gitu, biasanya kepalaku tuh langsung “puyeng”. Kita pulang dari Orchad sekitar jam 7 malem, naik bus nomer 77 lewat bukit timah. Sampe rumah rasanya cape banget, mandi trus makan sama Lita.
Semuanya pada siap-siapin barang untuk pulang besok, rame deh pokoknya. Berangkat penuh sama barang yang kita pesen, pulang juga penuh sama barang belanjaan mereka. Besok jam 6 pagi mereka berangkat dari rumah, semuanya udah pada ketakutan nggak bisa bangun, soalnya biasanya mereka bangun sekitar jam 8 – 9 pagi waktu sini, berarti jam 7 – 8 waktu Jakarta. Semuanya sibuk pasang alarm di handphonenya masing-masing, mudah-mudahan nggak terlambat deh besok. Selamat jalan yah ……..
Thursday, November 23, 2006
Kamis, 23 November 2006
Semalem aku nggak bisa tidur, si Samuel “cengeng” banget, mungkin dia kecapean dan lagi nggak enak badan juga. Biasanya rumah tuh sepi kalau sudah jam 10 malem, tapi sekarang ada tamu jadi sedikit rame gitu. Apalagi si Samuel kecil nangis melulu semalem jadi nggak bisa tidur deh. Aku langsung mikir, kalau nanti kita punya “anak” juga hal kaya gini pasti terjadi juga, yah itung-itung latihan deh ….he…he…he….
Hari ini dan besok Lita cuti setengah hari, dia mau nganterin “mereka” jalan-jalan liat-liat Singapura, soalnya ada satu orang bibinya yang baru pertama kali dateng ke sini. Mungkin pada mau pergi ke Bugis, Orchad, Vivo City (Mall yang baru di buka di sebelah Harbourfront) atau mungkin ke Sentosa tergantung sama “mood” dan cuaca deh. Di sini nggak banyak yang bisa di lihat, paling-paling juga Mall……Mall….dan Mall……. Kebanyakan orang dateng kesini tuh cuma buat belanja aja, Sentosa lumayan deh tapi buat orang Jakarta jalan-jalan di dalemnya itu “menyiksa” mereka. Kebiasaan di Jakarta kemana-mana naik mobil sendiri atau motor, kalau di sini banyakan jalannya dari pada naik mobil mangkanya mereka tuh suka komplen “cape” terus. Tanpa di sadari ternyata kita tuh olah raga juga setiap hari, mau berangkat kerja mesti jalan ke halte bus, kepasar juga jalan, pokoknya hampir semuanya tuh ada jalannya, itu kenapa “body” cewek di sini tuh bagus-bagus kali yah…… soalnya setiap hari latihan …he…he..he….
Tadi siang hujan gede banget, kasihan Lita udah ambil cuti mau nganterin jalan-jalan bisa “batal” tuh. Pulang kerja masih hujan, sampe kerumah ternyata Lita sama cici, Ii dan maminya lagi jalan ke Vivo City. Tadinya mereka mau ke Sentosa, tapi hujannya nggak berhenti jadi nggak jadi deh. Mereka pulang sekitar jam setengah sembilan malem, maminya Lita kelihatannya kecapean. Denger dari Ii nya Lita dia nggak mau ikut jalan lagi besok, kakinya bengkak. Kasihan amat sih mami ………… cepet sembuh yah ......
Hari ini dan besok Lita cuti setengah hari, dia mau nganterin “mereka” jalan-jalan liat-liat Singapura, soalnya ada satu orang bibinya yang baru pertama kali dateng ke sini. Mungkin pada mau pergi ke Bugis, Orchad, Vivo City (Mall yang baru di buka di sebelah Harbourfront) atau mungkin ke Sentosa tergantung sama “mood” dan cuaca deh. Di sini nggak banyak yang bisa di lihat, paling-paling juga Mall……Mall….dan Mall……. Kebanyakan orang dateng kesini tuh cuma buat belanja aja, Sentosa lumayan deh tapi buat orang Jakarta jalan-jalan di dalemnya itu “menyiksa” mereka. Kebiasaan di Jakarta kemana-mana naik mobil sendiri atau motor, kalau di sini banyakan jalannya dari pada naik mobil mangkanya mereka tuh suka komplen “cape” terus. Tanpa di sadari ternyata kita tuh olah raga juga setiap hari, mau berangkat kerja mesti jalan ke halte bus, kepasar juga jalan, pokoknya hampir semuanya tuh ada jalannya, itu kenapa “body” cewek di sini tuh bagus-bagus kali yah…… soalnya setiap hari latihan …he…he..he….
Tadi siang hujan gede banget, kasihan Lita udah ambil cuti mau nganterin jalan-jalan bisa “batal” tuh. Pulang kerja masih hujan, sampe kerumah ternyata Lita sama cici, Ii dan maminya lagi jalan ke Vivo City. Tadinya mereka mau ke Sentosa, tapi hujannya nggak berhenti jadi nggak jadi deh. Mereka pulang sekitar jam setengah sembilan malem, maminya Lita kelihatannya kecapean. Denger dari Ii nya Lita dia nggak mau ikut jalan lagi besok, kakinya bengkak. Kasihan amat sih mami ………… cepet sembuh yah ......
Wednesday, November 22, 2006
Rabu, 22 November 2006
Tadi pagi aku bangun jam setengah enam, kebagian masak “pare” untuk menu rantangan. Pare tuh kalau dimasak sama tempe rasa pahitnya akan berkurang, rasanya jadi tambah enak. Biasanya untuk ngilangin rasa pahitnya, orang tuh sering pakai “garam”. Jadi habis di potong-potong di aduk sama garam dan dibiarkan sebentar trus cuci untuk ngilangin rasa asinnya dan langsung di masak. Cara seperti ini memang bisa mengurangi rasa pahitnya, tapi kita buang banyak garam. Kalau pakai tempe nggak perlu cape-cape kaya gitu, langsung masak aja gampang kan ………..
Ternyata kemaren Samuel nggak jadi dateng masih sakit katanya, mungkin hari ini dateng sama bibinya Lita langsung lewat Changi nggak lewat Batam. Kasihan kalau bawa anak kecil lewat Batam, bisa kecapean dan ujung-ujungnya sakit deh. Rencananya mereka pulang ke Jakarta hari Sabtu pagi, langsung dari Singapura ke Jakarta (lagi ada tiket murah). Sabtu ini aku kerja setengah hari, tapi kebetulan Lita nggak kerja jadi dia bisa anterin mereka tanpa ada yang harus ambil cuti, soalnya pesawatnya berangkatnya jam 8 pagi dari Changi.
Pulang kerja nemenin Lita jemput bibinya di Changi Airport, naik MRT sampai ke Changi. Udah lama banget rasanya kita nggak pernah naik MRT sampai sejauh ini, enjoy juga sih rasanya lihat-lihat daerah “East Singapore”. Sampai di Changi sekitar jam 8 kurang dikit, langsung cari makanan habis laper banget rasanya. Temenku bilang di terminal 1 ada “food court” makanannya lumayan enak, tapi masalahnya tempat itu tutup sekitar jam 8 malam. Sedikit berlari kita menuju food court yang letaknya satu lantai di bawah terminal 1 bagian kedatangan. Puji Tuhan masih ada beberapa toko yang buka, Lita langsung pesen makanan, nggak tangung-tangung 3 porsi untuk dua orang dan jenisnya berlainan …….. nggak sia-sia deh perjalanan jauh tapi dapet makan enak…he..he…he… sering-sering aja “non” ajak aku jalan-jalan ……….
Ternyata kemaren Samuel nggak jadi dateng masih sakit katanya, mungkin hari ini dateng sama bibinya Lita langsung lewat Changi nggak lewat Batam. Kasihan kalau bawa anak kecil lewat Batam, bisa kecapean dan ujung-ujungnya sakit deh. Rencananya mereka pulang ke Jakarta hari Sabtu pagi, langsung dari Singapura ke Jakarta (lagi ada tiket murah). Sabtu ini aku kerja setengah hari, tapi kebetulan Lita nggak kerja jadi dia bisa anterin mereka tanpa ada yang harus ambil cuti, soalnya pesawatnya berangkatnya jam 8 pagi dari Changi.
Pulang kerja nemenin Lita jemput bibinya di Changi Airport, naik MRT sampai ke Changi. Udah lama banget rasanya kita nggak pernah naik MRT sampai sejauh ini, enjoy juga sih rasanya lihat-lihat daerah “East Singapore”. Sampai di Changi sekitar jam 8 kurang dikit, langsung cari makanan habis laper banget rasanya. Temenku bilang di terminal 1 ada “food court” makanannya lumayan enak, tapi masalahnya tempat itu tutup sekitar jam 8 malam. Sedikit berlari kita menuju food court yang letaknya satu lantai di bawah terminal 1 bagian kedatangan. Puji Tuhan masih ada beberapa toko yang buka, Lita langsung pesen makanan, nggak tangung-tangung 3 porsi untuk dua orang dan jenisnya berlainan …….. nggak sia-sia deh perjalanan jauh tapi dapet makan enak…he..he…he… sering-sering aja “non” ajak aku jalan-jalan ……….
Rabu, 22 November 2006
Tadi pagi aku bangun jam setengah enam, kebagian masak “pare” untuk menu rantangan. Pare tuh kalau dimasak sama tempe rasa pahitnya akan berkurang, rasanya jadi tambah enak. Biasanya untuk ngilangin rasa pahitnya, orang tuh sering pakai “garam”. Jadi habis di potong-potong di aduk sama garam dan dibiarkan sebentar trus cuci untuk ngilangin rasa asinnya dan langsung di masak. Cara seperti ini memang bisa mengurangi rasa pahitnya, tapi kita buang banyak garam. Kalau pakai tempe nggak perlu cape-cape kaya gitu, langsung masak aja gampang kan ………..
Ternyata kemaren Samuel nggak jadi dateng masih sakit katanya, mungkin hari ini dateng sama bibinya Lita langsung lewat Changi nggak lewat Batam. Kasihan kalau bawa anak kecil lewat Batam, bisa kecapean dan ujung-ujungnya sakit deh. Rencananya mereka pulang ke Jakarta hari Sabtu pagi, langsung dari Singapura ke Jakarta (lagi ada tiket murah). Sabtu ini aku kerja setengah hari, tapi kebetulan Lita nggak kerja jadi dia bisa anterin mereka tanpa ada yang harus ambil cuti, soalnya pesawatnya berangkatnya jam 8 pagi dari Changi.
Pulang kerja nemenin Lita jemput bibinya di Changi Airport, naik MRT sampai ke Changi. Udah lama banget rasanya kita nggak pernah naik MRT sampai sejauh ini, enjoy juga sih rasanya lihat-lihat daerah “East Singapore”. Sampai di Changi sekitar jam 8 kurang dikit, langsung cari makanan habis laper banget rasanya. Temenku bilang di terminal 1 ada “food court” makanannya lumayan enak, tapi masalahnya tempat itu tutup sekitar jam 8 malam. Sedikit berlari kita menuju food court yang letaknya satu lantai di bawah terminal 1 bagian kedatangan. Puji Tuhan masih ada beberapa toko yang buka, Lita langsung pesen makanan, nggak tangung-tangung 3 porsi untuk dua orang dan jenisnya berlainan …….. nggak sia-sia deh perjalanan jauh tapi dapet makan enak…he..he…he… sering-sering aja “non” ajak aku jalan-jalan ……….
Ternyata kemaren Samuel nggak jadi dateng masih sakit katanya, mungkin hari ini dateng sama bibinya Lita langsung lewat Changi nggak lewat Batam. Kasihan kalau bawa anak kecil lewat Batam, bisa kecapean dan ujung-ujungnya sakit deh. Rencananya mereka pulang ke Jakarta hari Sabtu pagi, langsung dari Singapura ke Jakarta (lagi ada tiket murah). Sabtu ini aku kerja setengah hari, tapi kebetulan Lita nggak kerja jadi dia bisa anterin mereka tanpa ada yang harus ambil cuti, soalnya pesawatnya berangkatnya jam 8 pagi dari Changi.
Pulang kerja nemenin Lita jemput bibinya di Changi Airport, naik MRT sampai ke Changi. Udah lama banget rasanya kita nggak pernah naik MRT sampai sejauh ini, enjoy juga sih rasanya lihat-lihat daerah “East Singapore”. Sampai di Changi sekitar jam 8 kurang dikit, langsung cari makanan habis laper banget rasanya. Temenku bilang di terminal 1 ada “food court” makanannya lumayan enak, tapi masalahnya tempat itu tutup sekitar jam 8 malam. Sedikit berlari kita menuju food court yang letaknya satu lantai di bawah terminal 1 bagian kedatangan. Puji Tuhan masih ada beberapa toko yang buka, Lita langsung pesen makanan, nggak tangung-tangung 3 porsi untuk dua orang dan jenisnya berlainan …….. nggak sia-sia deh perjalanan jauh tapi dapet makan enak…he..he…he… sering-sering aja “non” ajak aku jalan-jalan ……….
Tuesday, November 21, 2006
Selasa, 21 November 2006
Sore ini mami, bibi dan kakak perempuannya Lita dateng ke Singapura lewat Batam. Keponakannya juga di bawa, namanya Samuel. Lagi lucu-lucunya, mangkanya Lita jadi nggak sabaran pengen ketemu sama keponakan pertamanya itu. Dari seminggu yang lalu dia ngomongin Samuel terus, kita inget waktu pulang ke Jakarta ketemu sama dia. Dia di ajarin lagu “cicak-cicak di dinding” sama mamanya, tapi yang paling lucu tuh waktu sampai kebagian “hup” nya. Dia nyebut hup kaya orang kehabisan nafas gitu he…he..he… Pinternya lagi, kalau kita pakai “ring tone” dari handphone dia juga bisa ngikutin kapan mesti nyebut “hup” nya. Anak kecil sekarang memang pinter-pinter, soalnya susu yang di minum tuh udah di tambahin macem-macem kaya masak gitu tambahin bumbu supaya enak. Tapi kadang karena bahan tambahan ini anak-anaknya jadi lebih pinter dari orang tua, jadi pada “kurang ajar”, pinter "ngeles" dan jago cari alasan kalau dia salah. Memang kadang pertumbuhan yang “dipaksa” juga nggak bagus, mendingan yang normal-normal aja deh ..... "Alon-alon asal kelakon" kata orang jawa..he..he..he...
Hari ini di kantor rasanya tuh “bosen” banget, banyak “shipment” yang bermasalah. Akhir-akhir ini kerjaan di laboratoriumku memang kaya “air laut” (banyak banget), kalau sudah kaya gini biasanya orang yang kerja (analyst) tuh jadi “kalang-kabut”. Kalau kerja terburu-buru biasanya banyak salahnya, masalahnya aku mesti “explain” kenapa sampai salah. Lucu kan, bukan aku yang bikin salah tapi aku yang harus bertanggung jawab. Nggak enaknya kerjaanku tuh kaya gini, memang benar makin besar gaji yang di terima, tanggung jawabnya jadi makin besar. Ada nggak sih kerjaan yang santai, nggak stress tapi gajinya besar ……??????
Hari ini ada “client besar” ku dari Australia dateng ke Singapura, dan tadi sebelum makan siang managerku udah bilang kalau pulang kerja nanti mau keluar untuk makan malem sama dia. Biasa deh kalau sama client yang banyak kasih bisnis kita mesti di “layanin” dengan baik.
Hari ini di kantor rasanya tuh “bosen” banget, banyak “shipment” yang bermasalah. Akhir-akhir ini kerjaan di laboratoriumku memang kaya “air laut” (banyak banget), kalau sudah kaya gini biasanya orang yang kerja (analyst) tuh jadi “kalang-kabut”. Kalau kerja terburu-buru biasanya banyak salahnya, masalahnya aku mesti “explain” kenapa sampai salah. Lucu kan, bukan aku yang bikin salah tapi aku yang harus bertanggung jawab. Nggak enaknya kerjaanku tuh kaya gini, memang benar makin besar gaji yang di terima, tanggung jawabnya jadi makin besar. Ada nggak sih kerjaan yang santai, nggak stress tapi gajinya besar ……??????
Hari ini ada “client besar” ku dari Australia dateng ke Singapura, dan tadi sebelum makan siang managerku udah bilang kalau pulang kerja nanti mau keluar untuk makan malem sama dia. Biasa deh kalau sama client yang banyak kasih bisnis kita mesti di “layanin” dengan baik.
Monday, November 20, 2006
Senin, 20 November 2006
Cari “warung” buat jual makanan di Singapura ternyata nggak gampang, kalaupun ada harganya tuh mahal banget. Nggak kaya di Indonesia, di mana aja kita bisa buka warung atau jualan. Di sini, kita nggak bisa seenaknya ngerubah toko biasa menjadi warung untuk jual makanan. Kita mesti kirim surat kepemerintah untuk merubah fungsi tempat itu menjadi tempat berjualan dan memasak makanan, kalau di setujui trus kita harus pasang “ventilasi” yang baik di tempat masak supaya bau atau asapnya tidak mengganggu orang-orang di sekitarnya. Kebersihan tempat jualan kita juga akan di check, dan siapa saja yang jadi tukang masak atau jualan di tempat itu mesti di check kesehatannya. Pokoknya banyak deh “liku-liku” nya kalau mau usaha di sini, nggak cuma harus punya modal yang besar, tetapi masih banyak hal lain yang perlu di perhatikan.
Tadi siang aku coba telepon “agent” yang dulu bantu kita cari rumah yang kita tinggal sekarang, dia bilang harga pasaran untuk shop house tuh sekitar 3000 dollar sebulan. Tetapi semuanya tergantung sama “lokasi” dan apakah tempat tersebut sudah pernah di pakai untuk jual makanan atau tidak. Kalau belum pernah kita harus “convert” fungsinya dan musti bayar lagi ke pemerintah. Kalau ngelihat begini, jadi “mikir” juga yah ……….
Tadi siang aku coba telepon “agent” yang dulu bantu kita cari rumah yang kita tinggal sekarang, dia bilang harga pasaran untuk shop house tuh sekitar 3000 dollar sebulan. Tetapi semuanya tergantung sama “lokasi” dan apakah tempat tersebut sudah pernah di pakai untuk jual makanan atau tidak. Kalau belum pernah kita harus “convert” fungsinya dan musti bayar lagi ke pemerintah. Kalau ngelihat begini, jadi “mikir” juga yah ……….
Sunday, November 19, 2006
Selamat Ulang Tahun Untuk Minah.
Hari ini Minah ulang tahun, pagi-pagi kita bangun trus kasih dia “kado”. Masing-masing ngasih satu, jadi semuanya ada tiga kado. Dia kelihatannya seneng banget, ini pertama kalinya kita kasih dia hadiah ulang tahun. Jam setengah sebelas kita berangkat ke gereja, Minah pakai kalung salib yang dibeliin sama Lita dan tas yang aku beliin juga dia pakai. Seneng rasanya bisa beli sesuatu yang betul-betul diperluin dan di pakai lagi, mamiku beliin dia baju belum di pakai mau di cuci dulu katanya. Dari wajahnya kita tahu kalau Minah tuh seneng banget hari ini, mungkin seumur hidupnya, ini pertama kali ulang tahunnya di inget oleh orang lain. Nanti malem rencananya aku mau masak mie goreng dan telur di “merahin”, kalau orang Chinese tuh telor merah harus ada kalau orang ulang tahun nggak tahu kenapa sih ……….
Pulang dari gereja hujan lebat banget, terpaksa deh nunggu sebentar di food court depan gereja sambil ngobrol sama temen. Lita juga mau beli rantang lagi, besok ada customer baru lagi. Mudah-mudahan nanti kalau Lita sudah bener-bener berhenti kerja, customer kita tuh sudah tambah banyak lagi biar dia jadi nggak “kecil hati” dan jadi tambah semangat. Sampe di rumah makan bertiga, Minah tinggal di gereja karena ada kelas bahasa Inggris. Habis makan aku sama Lita trus tidur, cape banget dan memang sudah jadi kebiasaan kita kalau hari Minggu siang tuh waktunya istirahat.
Bangun sekitar jam 5 sore, siap-siap untuk masak mie goreng. Aku juga kebagian masak daging sapi campur kentang masak kecap buat menu besok, jadi mesti siap-siap juga.
Pulang dari gereja hujan lebat banget, terpaksa deh nunggu sebentar di food court depan gereja sambil ngobrol sama temen. Lita juga mau beli rantang lagi, besok ada customer baru lagi. Mudah-mudahan nanti kalau Lita sudah bener-bener berhenti kerja, customer kita tuh sudah tambah banyak lagi biar dia jadi nggak “kecil hati” dan jadi tambah semangat. Sampe di rumah makan bertiga, Minah tinggal di gereja karena ada kelas bahasa Inggris. Habis makan aku sama Lita trus tidur, cape banget dan memang sudah jadi kebiasaan kita kalau hari Minggu siang tuh waktunya istirahat.
Bangun sekitar jam 5 sore, siap-siap untuk masak mie goreng. Aku juga kebagian masak daging sapi campur kentang masak kecap buat menu besok, jadi mesti siap-siap juga.
Saturday, November 18, 2006
Sabtu, 18 November 2006
Hari ini ada pesenan untuk pesta ulang tahun anaknya temen gereja kita. Ada 2 macem makanan yang di pesen nggak seperti biasanya, cumi isi tahu dan sate ayam. Buat aku, ini tuh pertama kali bikin sate untuk makan banyak orang ….. jadi nggak “pede” neeehhh. Dari kemarin kita tuh udah siap-siapin semuanya, belanja ke pasar, nusukin sate, siapin cuminya dan motong-motongin sayurannya. Hari ini tinggal masak and nyiapin bumbu-bumbunya, kalau nggak begitu takut nggak selesai.
Pagi jam sepuluh, seperti biasa maen bulutangkis sama temen gereja di Bukit Gombak Stadium. Olah raga seminggu sekali tuh enak juga untuk ngeluarin “keringet” dan denger-denger bisa ngurasin “stress” lho. Emang rasanya lebih relaks aja kalau habis selesai bulutangkisan, tidur juga jadi lebih nyenyak dan yang paling penting stamina jadi lebih bagus. Sebenernya dengan bulutangkisan aku berharap “gendut”nya perutku bisa “terkontrol” ……he…he…he…. Soalnya udah banyak tuh yang komentar kalau perutku sudah jadi tambah gede, padahal menurutku sih biasa ajah ……
Pulang maen bulutangkis langsung bantuin mamiku dan Minah untuk nyiapin makanan yang di pesen. Au kebagian tugas bikin sate, bikin bumbu untuk gado-gado, masak sup jagung dan mie goreng buat anak-anak. Masak buat anak kecil nggak bisa sembarangan, nggak seenaknya kaya masakin orang “gede”. Tapi selama ini belum pernah ada komplen dari para orang tua yang pesen makanan buat pesta ulang tahun dari kita. Kaya hari ini, mie goreng sama sup yang aku bikin “laku keras” dan satu kejutan lagi ……. Sate juga habis …..he…he…he…. seneng banget rasanya berhasil lagi. Sebagian besar orang yang dateng hari ini bilang makanannya enak, malahan ada yang minta di ajarin cara membuatnya. Aku sih cuma senyum aja …… kalau di ajarin nanti nggak ada lagi yang mau “order” makanan sama kita dong ……………….
Cape banget rasanya, mamiku juga sampai sakit. Tadi pulang dari gereja Minah bilang habis "ngerokin" mamiku, merah banget katanya. Mami bilang tadi pusing dan badannya panas, tapi sekarang udah enakan dan sudah minum obat. Aku ajakin ke dokter mami nggak mau, dia bilang besok juga udah ok lagi. Kecapean kali, cepet sembuh yah mami......
Pagi jam sepuluh, seperti biasa maen bulutangkis sama temen gereja di Bukit Gombak Stadium. Olah raga seminggu sekali tuh enak juga untuk ngeluarin “keringet” dan denger-denger bisa ngurasin “stress” lho. Emang rasanya lebih relaks aja kalau habis selesai bulutangkisan, tidur juga jadi lebih nyenyak dan yang paling penting stamina jadi lebih bagus. Sebenernya dengan bulutangkisan aku berharap “gendut”nya perutku bisa “terkontrol” ……he…he…he…. Soalnya udah banyak tuh yang komentar kalau perutku sudah jadi tambah gede, padahal menurutku sih biasa ajah ……
Pulang maen bulutangkis langsung bantuin mamiku dan Minah untuk nyiapin makanan yang di pesen. Au kebagian tugas bikin sate, bikin bumbu untuk gado-gado, masak sup jagung dan mie goreng buat anak-anak. Masak buat anak kecil nggak bisa sembarangan, nggak seenaknya kaya masakin orang “gede”. Tapi selama ini belum pernah ada komplen dari para orang tua yang pesen makanan buat pesta ulang tahun dari kita. Kaya hari ini, mie goreng sama sup yang aku bikin “laku keras” dan satu kejutan lagi ……. Sate juga habis …..he…he…he…. seneng banget rasanya berhasil lagi. Sebagian besar orang yang dateng hari ini bilang makanannya enak, malahan ada yang minta di ajarin cara membuatnya. Aku sih cuma senyum aja …… kalau di ajarin nanti nggak ada lagi yang mau “order” makanan sama kita dong ……………….
Cape banget rasanya, mamiku juga sampai sakit. Tadi pulang dari gereja Minah bilang habis "ngerokin" mamiku, merah banget katanya. Mami bilang tadi pusing dan badannya panas, tapi sekarang udah enakan dan sudah minum obat. Aku ajakin ke dokter mami nggak mau, dia bilang besok juga udah ok lagi. Kecapean kali, cepet sembuh yah mami......
Friday, November 17, 2006
Jumat,17 November 2006
Hari ini nggak kerja, semalem “lembur” sampai jam 2 pagi. Bikin report untuk supply Jet fuel (bahan bakar pesawat terbang) untuk Changi Airport. Aku tuh nggak bisa “claim” over time. Mangkanya kalau kerja kaya semalem, aku tuh boleh ambil off hari ini. Kebetulan besok ada yang pesan makanan untuk acara “ULTAH”, jadi tadi pagi aku sama Lita pergi ke pasar untuk belanja keperluan masak besok.
Lita juga nggak enak badan, tadi aku nganterin dia pergi ke dokter. Dokter bilang dia kena flu, lumayan berat. Dokter kasih off satu hari, dan bilang kalau nggak sembuh, musti datang lagi ke tempat dia. Obat yang di kasih tuh yang “ringan” aja, kalau nggak sembuh baru dia mau kasih yang agak berat dikit. Tadi bantuin bikin “sate ayam’, salah satu makanan yang di pesan tuh sate ayam. Padahal aku sudah coba “usulin” ayam panggang, tapi orangnya nggak mau. Ayam panggang tuh lebih “gampang” persiapannya dari pada sate ayam. Tapi namanya juga pesenan orang, yah di kerjain aja deh……….
Tadi siang, sekitar jam 3.30 sore aku mancing sama temenku di Pasir Ris Park. Cuma dapet 3 ekor, perjuangannya kurang lebih 3 jam, mana panas banget lagi. Lita nyuruh aku pakai baju tangan panjang, tapi aku pikir nanti bakalan hujan, jadi nggak usah deh pakai tangan panjang nanti jadi “rese”.
Pulang di anterin sama temen, di punya “van”, jadi setiap habis keluar bak mancing atau “relaks’ di luar dia yang nganterin kita pulang. Dia bilang jangan buang duit untuk naik taksi, kalau kita nggak malu dia bisa anterin pakai mobilnya. Kadang nggak enak juga sih, tapi lumayan deh buat “ngirit”, dari pada musti bayar 20 dollar lebih buat ongkos taksi. Terima kasih teman ……. Semoga Tuhan selalu memberkati kamu dan keluarga …..
Lita juga nggak enak badan, tadi aku nganterin dia pergi ke dokter. Dokter bilang dia kena flu, lumayan berat. Dokter kasih off satu hari, dan bilang kalau nggak sembuh, musti datang lagi ke tempat dia. Obat yang di kasih tuh yang “ringan” aja, kalau nggak sembuh baru dia mau kasih yang agak berat dikit. Tadi bantuin bikin “sate ayam’, salah satu makanan yang di pesan tuh sate ayam. Padahal aku sudah coba “usulin” ayam panggang, tapi orangnya nggak mau. Ayam panggang tuh lebih “gampang” persiapannya dari pada sate ayam. Tapi namanya juga pesenan orang, yah di kerjain aja deh……….
Tadi siang, sekitar jam 3.30 sore aku mancing sama temenku di Pasir Ris Park. Cuma dapet 3 ekor, perjuangannya kurang lebih 3 jam, mana panas banget lagi. Lita nyuruh aku pakai baju tangan panjang, tapi aku pikir nanti bakalan hujan, jadi nggak usah deh pakai tangan panjang nanti jadi “rese”.
Pulang di anterin sama temen, di punya “van”, jadi setiap habis keluar bak mancing atau “relaks’ di luar dia yang nganterin kita pulang. Dia bilang jangan buang duit untuk naik taksi, kalau kita nggak malu dia bisa anterin pakai mobilnya. Kadang nggak enak juga sih, tapi lumayan deh buat “ngirit”, dari pada musti bayar 20 dollar lebih buat ongkos taksi. Terima kasih teman ……. Semoga Tuhan selalu memberkati kamu dan keluarga …..
Thursday, November 16, 2006
"Duka Seorang Pramuwisma"
COBAAN tak pernah memilih dan memilah, karena itu milik semua manusia. Kaya miskin, pintar bodoh, semua mendapatkannya dari Tuhan Yang Mahakuasa. Hanya mungkin kaum papa akan terasa jauh lebih berat menerimanya. Selain menghadapi cobaan, mereka juga harus berjuang mencari sesuap nasi. Untuk keperluan perut saja begitu susah dicari, konon lagi bila harus ditambah cobaan yang lainnya. Namun sebagai manusia, apalah daya, selain pasrah dan berdoa. Kita yakini Tuhan tidak akan memberi cobaan di luar kemampuan manusia. Artinya akan datang manusia lain, ia peduli pada nasib sesamanya, yang tengah diombang-ambingkan cobaan.
**
SAYA dilahirkan sebagai seorang anak sulung dari dua bersaudara. Kata ibu, orang tua kami bercerai. Namun, ayah meninggal tak lama setelah menikah lagi. Saya tak pernah tahu semuanya, karena masih balita. Yang saya tahu, hidup kami sangat kekurangan, hingga harus puas bersekolah sampai lulus SD. Membawa sebaris nama pemberian orang tua, Asih Sediasih, saya berjalan mencari peruntungan.
Karena kondisi ekonomi ibu yang sangat kekurangan, terpaksa saya menjadi seorang pembantu rumah tangga, atau istilah sekarang pramuwisma. Ketika umur mendekati 20 tahun, ibu menikahkan saya dengan seorang pria pilihannya. Saya tak tahu arti kata cinta, apalagi yang namanya pacaran.
Hidup saya bergumul abu dapur dan busa sabun, serta pekerjaan yang rutin tiada hentinya. Pernikahan saya hanya sebentar dan serasa sekejap pula melepaskan diri dari kesibukan rutin itu. Baru dua tahun kami menikah, dan baru dikaruniai seorang anak, suami tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Tinggallah saya dan anak dalam kebingungan.
Karena saya harus menghidupi anak, dengan rasa berat, anak yang baru berumur setahun itu saya titipkan pada ibu. Dan saya kembali menjadi seorang pembantu. Di tempat inilah lima tahun kemudian saya berkenalan dengan seorang pria. Kemudian dia menjadi suami kedua saya. Namun, pernikahan kedua ini hanya menambah daftar penderitaan dalam hidup saya. Baru saya ketahui beberapa bulan kemudian bahwa ia seorang pemabuk. Ketika saya akan melahirkan anak pertama kami, ia mengaku sudah mempunyai anak istri. Ia menjadikan saya istri mudanya, dengan dalih sedang mendapat sakit hati dari istri tuanya. Saya sangat kaget. Walaupun seorang janda yang miskin, saya tak akan rela dijadikan istri muda dan tak akan tega pula merusak rumah tangga orang lain. Saya tidak menyangka ia berkeluarga, karena selama bertahun-tahun tak pernah ada wanita lain yang menggugat keberadaan suami saya di sini. Bahkan, saya hanya diperkenalkan pada seorang kakaknya, dari sekian banyak saudara kandungnya yang lain. Kakaknya pun diancam untuk tidak memberitahukan saya bahwa ia sudah berkeluarga.
Setelah itu, hari-hari buruk yang panjang dan melelahkan harus saya lalui. Beberapa bulan setelah anak kami lahir, suami kembali kepada istri tuanya. Ia pergi begitu saja, tanpa meninggalkan apa-apa. Saya dibiarkannya dalam status mengambang, janda bukan istrinya pun bukan. Ia tak pernah memberi nafkah pada saya dan anak kami. Tetapi juga tak pernah menceraikan saya.
Kembalilah saya bergelut dengan abu dapur dan buih sabun, dalam kehidupan yang rutin. Anak yang baru setahun pun terpaksa saya titipkan pada ibu. Alangkah pedihnya hati didera rindu. Saya harus berpisah dengan dua anak, si sulung enam tahun dan si bungsu satu tahun. Bila saya berkesempatan pulang dan bertemu mereka, si kecil sering menanyakan ayahnya. Mungkin ia sudah mulai mengerti mengapa anak lain punya ayah, ia sendiri tidak. Saya terpaksa berbohong dengan menyebutkan ayahnya bekerja jauh di rantau. Waktu itu ia tampak puas, tetapi di lain hari ia akan bertanya lagi lebih gencar.
Si kecil ini pintar sekali. Suatu kali ia mengajak saya menemui ayahnya di rantau. Saya tak mau mengemis hanya untuk kebahagiaan anak sesaat. Saya akan semakin sakit hati bila bertemu dengannya, meskipun dia ayah kandung anak saya. Entah sampai kapan saya harus membohonginya. Saya tidak menyangka anak-anak yang saya lahirkan mengalami nasib yang sama, tak pernah merasakan kasih sayang ayahnya. Mereka seperti yatim piatu, karena hanya hidup bersama neneknya. Itu pun dalam keadaan serba kekurangan. Gaji saya yang Rp 250.000,00 per bulan, saya kirimkan ke kampung, namun hanya cukup untuk makan sekali sehari. Anak-anak saya hidup dalam rumah yang belum diterangi listrik. Satu-satunya rumah di kampung kami yang masih menggunakan lampu tempel. Itu pun kalau ada minyak tanah. Bila tidak ada, tidurlah ibu dan kedua anak saya dalam kegelapan. Belum lagi esok harinya mereka harus menahan lapar, karena persediaan makanan yang amat terbatas. Ya Allah, tolonglah hamba.
Saya ingin sekali hidup bersama mereka, seandainya punya modal untuk berjualan kue atau nasi kuning di kampung. Mungkin saya tetap punya penghasilan tanpa harus meninggalkan ibu dan dua anak saya di kampung. Kadang saya juga berangan-angan, ada dermawan yang mau menjadikan saya pembantu, dan boleh membawa serta kedua anak saya untuk menjadi anak asuhnya.
Pikiran Rakyat, Edisi Minggu, 28 Agustus 2005
Renungan :
Diluar sana, masih banyak lagi “Asih Sediasih” yang lain. Bergumul dengan tantangan hidupnya setiap hari tanpa pernah “menyerah”. Kita mungkin lebih “beruntung” dari dia, apakah kita sudah “bersyukur” atas anugrahNya ………… ??????? Atau mungkin ada diantara kita yang “berkecukupan” sudahkah kita menolong sesama kita ……. ??????
**
SAYA dilahirkan sebagai seorang anak sulung dari dua bersaudara. Kata ibu, orang tua kami bercerai. Namun, ayah meninggal tak lama setelah menikah lagi. Saya tak pernah tahu semuanya, karena masih balita. Yang saya tahu, hidup kami sangat kekurangan, hingga harus puas bersekolah sampai lulus SD. Membawa sebaris nama pemberian orang tua, Asih Sediasih, saya berjalan mencari peruntungan.
Karena kondisi ekonomi ibu yang sangat kekurangan, terpaksa saya menjadi seorang pembantu rumah tangga, atau istilah sekarang pramuwisma. Ketika umur mendekati 20 tahun, ibu menikahkan saya dengan seorang pria pilihannya. Saya tak tahu arti kata cinta, apalagi yang namanya pacaran.
Hidup saya bergumul abu dapur dan busa sabun, serta pekerjaan yang rutin tiada hentinya. Pernikahan saya hanya sebentar dan serasa sekejap pula melepaskan diri dari kesibukan rutin itu. Baru dua tahun kami menikah, dan baru dikaruniai seorang anak, suami tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Tinggallah saya dan anak dalam kebingungan.
Karena saya harus menghidupi anak, dengan rasa berat, anak yang baru berumur setahun itu saya titipkan pada ibu. Dan saya kembali menjadi seorang pembantu. Di tempat inilah lima tahun kemudian saya berkenalan dengan seorang pria. Kemudian dia menjadi suami kedua saya. Namun, pernikahan kedua ini hanya menambah daftar penderitaan dalam hidup saya. Baru saya ketahui beberapa bulan kemudian bahwa ia seorang pemabuk. Ketika saya akan melahirkan anak pertama kami, ia mengaku sudah mempunyai anak istri. Ia menjadikan saya istri mudanya, dengan dalih sedang mendapat sakit hati dari istri tuanya. Saya sangat kaget. Walaupun seorang janda yang miskin, saya tak akan rela dijadikan istri muda dan tak akan tega pula merusak rumah tangga orang lain. Saya tidak menyangka ia berkeluarga, karena selama bertahun-tahun tak pernah ada wanita lain yang menggugat keberadaan suami saya di sini. Bahkan, saya hanya diperkenalkan pada seorang kakaknya, dari sekian banyak saudara kandungnya yang lain. Kakaknya pun diancam untuk tidak memberitahukan saya bahwa ia sudah berkeluarga.
Setelah itu, hari-hari buruk yang panjang dan melelahkan harus saya lalui. Beberapa bulan setelah anak kami lahir, suami kembali kepada istri tuanya. Ia pergi begitu saja, tanpa meninggalkan apa-apa. Saya dibiarkannya dalam status mengambang, janda bukan istrinya pun bukan. Ia tak pernah memberi nafkah pada saya dan anak kami. Tetapi juga tak pernah menceraikan saya.
Kembalilah saya bergelut dengan abu dapur dan buih sabun, dalam kehidupan yang rutin. Anak yang baru setahun pun terpaksa saya titipkan pada ibu. Alangkah pedihnya hati didera rindu. Saya harus berpisah dengan dua anak, si sulung enam tahun dan si bungsu satu tahun. Bila saya berkesempatan pulang dan bertemu mereka, si kecil sering menanyakan ayahnya. Mungkin ia sudah mulai mengerti mengapa anak lain punya ayah, ia sendiri tidak. Saya terpaksa berbohong dengan menyebutkan ayahnya bekerja jauh di rantau. Waktu itu ia tampak puas, tetapi di lain hari ia akan bertanya lagi lebih gencar.
Si kecil ini pintar sekali. Suatu kali ia mengajak saya menemui ayahnya di rantau. Saya tak mau mengemis hanya untuk kebahagiaan anak sesaat. Saya akan semakin sakit hati bila bertemu dengannya, meskipun dia ayah kandung anak saya. Entah sampai kapan saya harus membohonginya. Saya tidak menyangka anak-anak yang saya lahirkan mengalami nasib yang sama, tak pernah merasakan kasih sayang ayahnya. Mereka seperti yatim piatu, karena hanya hidup bersama neneknya. Itu pun dalam keadaan serba kekurangan. Gaji saya yang Rp 250.000,00 per bulan, saya kirimkan ke kampung, namun hanya cukup untuk makan sekali sehari. Anak-anak saya hidup dalam rumah yang belum diterangi listrik. Satu-satunya rumah di kampung kami yang masih menggunakan lampu tempel. Itu pun kalau ada minyak tanah. Bila tidak ada, tidurlah ibu dan kedua anak saya dalam kegelapan. Belum lagi esok harinya mereka harus menahan lapar, karena persediaan makanan yang amat terbatas. Ya Allah, tolonglah hamba.
Saya ingin sekali hidup bersama mereka, seandainya punya modal untuk berjualan kue atau nasi kuning di kampung. Mungkin saya tetap punya penghasilan tanpa harus meninggalkan ibu dan dua anak saya di kampung. Kadang saya juga berangan-angan, ada dermawan yang mau menjadikan saya pembantu, dan boleh membawa serta kedua anak saya untuk menjadi anak asuhnya.
Pikiran Rakyat, Edisi Minggu, 28 Agustus 2005
Renungan :
Diluar sana, masih banyak lagi “Asih Sediasih” yang lain. Bergumul dengan tantangan hidupnya setiap hari tanpa pernah “menyerah”. Kita mungkin lebih “beruntung” dari dia, apakah kita sudah “bersyukur” atas anugrahNya ………… ??????? Atau mungkin ada diantara kita yang “berkecukupan” sudahkah kita menolong sesama kita ……. ??????
Wednesday, November 15, 2006
Rabu, 15 November 2006
Bulan Desember sudah dekat, Natal dan Tahun Baru sudah di “ambang pintu”. Setiap akhir tahun di Singapura selalu ada “sale” besar-besaran, hampir seluruh pusat perbelanjaan “menghias” diri agar dapat menarik perhatian pembeli. Berbagai macam “discount” pun ditawarkan untuk “memikat” hati pelanggannya. “Perang” harga seperti ini biasa terjadi di sini, buat kita yang sudah “lumayan” lama tinggal di Singapura hal seperti ini tuh “biasa” saja. Buat orang-orang “luar” (turis) yang datang ke sini untuk liburan (natal dan tahun baru), promosi seperti ini adalah yang mereka tunggu-tunggu. Menurut catatan, setiap tahunnya “turis” yang datang ke Singapura menghabiskan jutaan dollar Singapura “hanya” untuk berbelanja. Mulai dari pakaian, perhiasan, tas sampai barang “antik” pun mereka beli bayangkan ...........
Pemerintah Singapura memberikan perhatian “khusus” dalam rangka mensukseskan “event” seperti ini. Ini merupakan pemasukan tambahan yang tidak kecil bagi pemerintah, dari tax dan sewa yang dibayar oleh para “penjual” dan “pembeli” saja sudah cukup untuk membuat “mereka” tersenyum. Belum lagi hotel, tiket pesawat dan transaksi penukaran mata uang asing yang terjadi, menambah pemasukkan bagi pemerintah. Jumlah turis yang masuk ke Singapura juga semakin bertambah banyak setiap tahunnya, sukses ini di capai karena “kerja keras” dari pemerintah bekerjasama dengan para “pengusaha” yang terkait dengan bisnis ini.
Dengan sumber daya yang terbatas, Singapura bisa lebih maju dari negara tetangganya. Apalagi kalau punya tanah yang luas dan sumber daya alam yang besar ........ pasti sudah jadi negara "super power" seperti Amerika dan negara Eropa lainnya. Pemerintahan yang "sehat" dan "cerdas" memang merupakan kunci dari keberhasilan ini. Namun yang aku nggak habis pikir, masih banyak saja orang disini yang tidak suka dengan orang-orang pemerintahan. Padahal kalau mereka pernah tinggal di negara seperti Indonesia, Myanmar atau Cambodia, mereka pasti bersyukur kalau mereka bisa tinggal di Singapura yang "aman" seperti sekarang. Kadang manusia tuh suka lihat dari sisi mereka saja, tetapi tidak berpikir tentang kepentingan orang lain ........ belajar bersyukur dong.....
Tuesday, November 14, 2006
Clock’s Ticking for Benitez
Prestasi menjuarai “Champions Leaque” di Istanbul 2005 memberi kepastian pada para pemain Liverpool untuk menjadi “legenda” bagi klubnya. Kemenangan atas AC Milan pada pertandingan final setelah ketinggalan 3-0 menjadikan Benitez sejajar dengan Bill Shankly dan Bob Paisley sebagai “Manager” terbaik sepanjang sejarah Liverpool. Sudah pasti keinginan Benitez selanjutnya adalah menjuarai Liga Inggris. Tetapi sepertinya “mimpi” itu sulit untuk diwujudkan kalau tidak ada masalah besar di Old Trafford (MU), Stamford Bridge (Chelsea) ataupun Emirate Stadium (Arsenal).
Tahun lalu dia membawa Liverpool menduduki tempat ketiga di bawah Manchester United (MU) dan Chelsea. Ini memberikan “harapan” kalau di tahun ini prestasi yang di dapat akan lebih baik lagi, tetapi setelah 12 kali bertanding Liverpool berada di urutan kesembilan di antara Wigan dan Fulham. Lima kali kalah dalam dua belas pertandingan bukanlah suatu prestasi yang baik, usaha untuk memenangkan kembali Champion Leaque juga menjadi tanda tanya besar bagi tim ini. Kekalahan 3-0 dari Arsenal di pertandingan terakhir merupakan gambaran “kegagalan” Benitez dalam usaha memperbaiki kemampuan timnya.
Sepertinya Liverpool berjalan mundur, tetapi ini tidak mengagetkan banyak orang karena keputusan “spektakuler” Benitez mengganti “formasi” timnya dalam setiap pertandingan. Pembelian Bellamy dan Pennant juga merupakan salah satu kesalahan besarnya, dimana kedua pemain ini tidak bisa mengikuti permainan “Ala Liverpool”. Kemenangan Liverpool di Champions Leaque mengharumkan nama Benitez sebagai manager tim, sehingga supporter Liverpool masih memberikan kesempatan kepadanya untuk "berubah". Pemain yang “datang” dan “pergi” saat kesempatan untuk “membeli” atau “menjual” pemainnya di bulan Januari di buka harus tepat, dan minimal “pasukannya” bisa masuk babak final Champions Leaque tahun ini atau di harus “angkat kaki” dari Liverpool.
Monday, November 13, 2006
Senin, 13 November 2006
Hari ini laboratoriumku di “audit” lagi, auditornya adalah dari SAC-SINGLAS (Singapore Accreditation Council-Singapore Laboratory Accreditation Scheme). Ini adalah audit rutin yang di laksanakan setahun sekali, auditornya di ambil dari berbagai kalangan yang terkait dengan aktifitas laoratorium testing di Singapura. Rata-rata mereka adalah staff senior di masing-masing bidangnya, dengan kata lain mereka tuh tahu benar apa yang mereka kerjakan, jadi kita nggak bisa “main-main” dong………. Badan audit ini di bentuk oleh pemerintah Singapura untuk menjaga kualitas, kebenaran dalam pembuatan laporan (tidak ada penipuan) dan mempertahankan quality system yang sudah ada, bahkan memberikan masukkan kepada semua laboratotium yang di audit tentang cara yang baik dan benar menjalankan bisnis ini. Semua testing yang di lakukan di laboratorium harus mengikuti Standard Method International, agar hasil analisanya (sertificate of analysis) dapat di pertanggung jawabkan di mana saja “certficate” itu di pakai. Peraturan di sini tuh “ketat” banget, jadi nggak bisa sembarangan. Kalau auditornya memutuskan hasilnya nggak bagus, ijin usaha bisa langsung di “cabut” atau di “bekukan” sementara. Yang ini nggak bisa di tawar dengan "sogokan" uang, itu bedanya Singapura dengan tempat lain.
Hari ini “perasaanku” rasanya kok nggak enak banget, udah telepon abangku di Jakarta dia bilang semuanya baik-baik saja. Mamiku dan Minah di rumah juga baik-baik saja, dan puji Tuhan Lita juga “ok”. Aku pesen sama mereka semua untuk hati-hati, soalnya kalau perasaanku kaya gini, biasanya tuh ada aja kejadian yang nggak enak. Mudah-mudahan sih nggak ada apa-apa deh ……………
Pulang kerja nanti, rencananya mau lihat “lokasi” untuk “warung” kita di daerah Bukit Timah, temenku yang mau jadi “investor” juga mau ikutan. Bingung juga cari lokasi yang bagus, soalnya lokasi itu menentukan masa depan usaha kita (kata orang-orang sih). Tetapi ada masalah yang lain juga, lokasi bagus biasanya harganya juga “bagus” (mahal). Buat aku, kalau makanan yang kita jual “rasa”nya enak, orang tuh pasti akan datang juga, lagian Singapura kan nggak gede-gede banget yah …..he…he….he….
Hari ini “perasaanku” rasanya kok nggak enak banget, udah telepon abangku di Jakarta dia bilang semuanya baik-baik saja. Mamiku dan Minah di rumah juga baik-baik saja, dan puji Tuhan Lita juga “ok”. Aku pesen sama mereka semua untuk hati-hati, soalnya kalau perasaanku kaya gini, biasanya tuh ada aja kejadian yang nggak enak. Mudah-mudahan sih nggak ada apa-apa deh ……………
Pulang kerja nanti, rencananya mau lihat “lokasi” untuk “warung” kita di daerah Bukit Timah, temenku yang mau jadi “investor” juga mau ikutan. Bingung juga cari lokasi yang bagus, soalnya lokasi itu menentukan masa depan usaha kita (kata orang-orang sih). Tetapi ada masalah yang lain juga, lokasi bagus biasanya harganya juga “bagus” (mahal). Buat aku, kalau makanan yang kita jual “rasa”nya enak, orang tuh pasti akan datang juga, lagian Singapura kan nggak gede-gede banget yah …..he…he….he….
Sunday, November 12, 2006
Minggu, 12 November 2006
Hari ini seperti biasa pergi ke gereja jam 11 pagi. Ada baptisan anak dan sidi dewasa. Aku ingat waktu aku sidi dulu, rasanya tuh sedih banget. Dari 7 orang yg di sidi, cuma aku aja yg keluarganya nggak dateng. Tapi untungnya ada salah seorang "majelis" di gerejaku yg "acting" sebagai orang tuaku. Orang tuaku masih "belum" mau terima Tuhan Yesus sebagai juru selamatnya, aku sudah doain setiap hari supaya suatu hari nanti dia mau menerimanya dan kita pegi ke gereja sama-sama setiap hari Minggu. Dia tuh paling marah kalau hari Minggu aku nggak pergi ke gereja, tetapi yg aku nggak habis pikir, kenapa dia nggak mau ikut kalau aku ajak ke gereja. Aku sudah gumulin ini sejak beberapa tahun terakhir, aku berharap suatu hari nanti dia mau terima Yesus dalam hidupnya.
Tadi siang bangun tidur, bantuin Lita bikin "bakso" daging buat menu rantangan. Resepnya dia dapet dari internet, bakso ini selalu dia makan kalau kita pergi ke "Ikea". Rasanya memang "unik", sausnya tuh pakai "selai strawbery" juga. Akhir-akhir ini kita banyak nyoba menu baru, takut kalau langganan kita pada bosen. Lita yang paling rajin “browsing” di internet, kalau udah dapet trus di catet atau di simpan dalam file menu rantangan kita. Masakin buat orang makan memang nggak gampang, mesti sabar dengan “kritikan” dan mesti berani nyoba sesuatu yang baru setiap hari. Customer kita nambah satu keluarga lagi, makin sibuk deh setiap harinya. Kita sih berharap, tahun depan kalau Lita sudah berhenti kerja, customer kita tuh sudah lebih dari 10 keluarga. Jadi kalau kita mau buka “warung” juga berani, karena sudah punya “dasar” pemasukan setiap bulan kalau nggak gitu “serem” juga …he…he…he….
Jam 7 an keluar sebentar sama temen, duduk-duduk di “Bali House” deket Grand Central Hotel. Ngobrol sebentar trus pulang kerumah sekitar jam 9 an. Beliin Lita “calamari”, buat kita calamari yang di jual di situ tuh paling enak rasanya. Kita sudah sering nyobain di tempat lain, tapi rasanya nggak bisa nyamain Bali House. Seneng banget dia waktu aku sampe rumah dan tahu kalau aku beliin dia calamari. Mandi trus makan malem berdua, mamiku dan Minah udah makan duluan. Mau nonton bola nanti malem, Kesebelasan kesayanganku Liverpool main lawan Arsenal nanti malem sekitar jam 12. Mudah-mudahan nggak ngantuk yah ….. dan Liverpool bisa menang doonnnggggg…..he…he…he….
Tadi siang bangun tidur, bantuin Lita bikin "bakso" daging buat menu rantangan. Resepnya dia dapet dari internet, bakso ini selalu dia makan kalau kita pergi ke "Ikea". Rasanya memang "unik", sausnya tuh pakai "selai strawbery" juga. Akhir-akhir ini kita banyak nyoba menu baru, takut kalau langganan kita pada bosen. Lita yang paling rajin “browsing” di internet, kalau udah dapet trus di catet atau di simpan dalam file menu rantangan kita. Masakin buat orang makan memang nggak gampang, mesti sabar dengan “kritikan” dan mesti berani nyoba sesuatu yang baru setiap hari. Customer kita nambah satu keluarga lagi, makin sibuk deh setiap harinya. Kita sih berharap, tahun depan kalau Lita sudah berhenti kerja, customer kita tuh sudah lebih dari 10 keluarga. Jadi kalau kita mau buka “warung” juga berani, karena sudah punya “dasar” pemasukan setiap bulan kalau nggak gitu “serem” juga …he…he…he….
Jam 7 an keluar sebentar sama temen, duduk-duduk di “Bali House” deket Grand Central Hotel. Ngobrol sebentar trus pulang kerumah sekitar jam 9 an. Beliin Lita “calamari”, buat kita calamari yang di jual di situ tuh paling enak rasanya. Kita sudah sering nyobain di tempat lain, tapi rasanya nggak bisa nyamain Bali House. Seneng banget dia waktu aku sampe rumah dan tahu kalau aku beliin dia calamari. Mandi trus makan malem berdua, mamiku dan Minah udah makan duluan. Mau nonton bola nanti malem, Kesebelasan kesayanganku Liverpool main lawan Arsenal nanti malem sekitar jam 12. Mudah-mudahan nggak ngantuk yah ….. dan Liverpool bisa menang doonnnggggg…..he…he…he….
Saturday, November 11, 2006
Sabtu, 11 November 2006
Tadi pagi kita pergi ke pasar, seperti biasa belanja untuk keperluan “rantangan”. Seneng banget rasanya bisa pergi ke pasar lagi, udah gitu berduaan sama Lita lagi. Rasanya tuh udah lama banget kita nggak ke pasar, rindu sama suasananya dan satu lagi yang paling penting …….. sarapan pagi sambil minum teh di pinggiran pasar sambil ngeliatin orang yang lewat, menuju ataupun keluar dari pasar. Akhir-akhir ini kerjaanku di kantor tuh banyak banget, jadi keluar dari rutinitas tuh merupakan suatu “kebahagiaan” tersendiri buatku. Kaya semalem juga, aku pergi mancing sama temen-temenku di Pasir Ris. Walaupun cuma dapet 5 ekor (dalam waktu 3 jam), rasanya tuh seneng banget. Rutinitas mungkin membuat aku jadi “stress”, cepat marah, dan nggak enak badan. Dulu waktu di Indonesia aku sering pergi naik gunung, mancing ke laut atau jalan-jalan ke Bandung, Bogor, bahkan pernah ke Jogja bawa mobil sama temen-temenku. Semenjak di sini nggak pernah lagi bisa kaya begitu, masing-masing orang punya “program” nya sendiri-sendiri, kita nggak bisa asal masuk trus ngerubah “program” yang sudah ada.
Jam 9-11 pagi aku maen bulutangkis, Lita ikutan. Nggak ikut maen, dia ikut ke Bukit Gombak mau belanja ikan di pasar yang letaknya dekat dengan “stadium” tempat aku bulutangkisan. Menurut temen-temen kita, harga ikan di pasar itu lebih murah dari pasar yang lain. Setelah denger “laporan” dari Lita, ternyata bener tuh selain harganya lebih murah juga banyak pilihannya. Kayanya lain kali kalau mau beli ikan atau makanan laut yang lain, mendingan dateng ke sana aja deh lagian tempatnya juga nggak terlalu jauh dari rumah kita.
Jam 9-11 pagi aku maen bulutangkis, Lita ikutan. Nggak ikut maen, dia ikut ke Bukit Gombak mau belanja ikan di pasar yang letaknya dekat dengan “stadium” tempat aku bulutangkisan. Menurut temen-temen kita, harga ikan di pasar itu lebih murah dari pasar yang lain. Setelah denger “laporan” dari Lita, ternyata bener tuh selain harganya lebih murah juga banyak pilihannya. Kayanya lain kali kalau mau beli ikan atau makanan laut yang lain, mendingan dateng ke sana aja deh lagian tempatnya juga nggak terlalu jauh dari rumah kita.
Jumat, 10 November 2006
Sekarang di Singapur mulai musim hujan. Hampir setiap hari hujan, nggak tentu waktunya kadang pagi, sore and malem. Paling nggak enak kalau pagi-pagi sudah hujan, rasanya tuh males banget mau berangkat kerja. Udah gitu bus biasanya tuh lebih lambat datangnya (mungkin macet), jadinya mesti berangkat lebih pagi dari rumah. Kasihan juga si Minah, kalau hujan jadi repot. Dia kan yang nganterin “rantangan” sekarang, tangannya jadi penuh satu pegang payung yang satu pegang tas tempat rantangnya. Rencananya kalau Lita sudah berhenti kerj tahun depan, kita mau beli mobil yang murah-murah aja deh ……. Trus kita mau seriusin bisnis rantangan ini, mau memperluas jaringannya. Ada rencana juga mau buka “warung” jadi rumah nggak kotor. Semuanya baru rencana, mudah-mudahan kita bisa mewujudkannya ……. Doain yah ……..
Pulang kerja mau pergi mancing sama temen, jadi dari jurong east langsung naik taksi ke Pasir Ris. Tadi siang hujan cukup deras, katanya sih kalau hujan tuh air jadi dingin dan ikan-ikan pada lapar, jadi kayanya harapan untuk dapet ikan banyak bisa terlaksana hari ini …he…he…he…. Buat kita sih sebenernya mancing tuh bukan mau dapet ikan aja, tapi relaksnya itu. Kita bisa ngobrol-ngorol sambil nungguin ikan makan umpannya, kalau ikannya nggak makan yah nggak apa-apa sih ..... cuma kesel aja dikit ....
Dapet 5 ekor..... lumayan deh dari pada nggak bawa pulang ikan, malem ini yang mancing banyak banget. Nggak tahu kenapa, mungkin karena besok hari Sabtu kali yeeeehh. Kebanyakan orang di sini nggak kerja hari Sabtu, jadi mereka bisa santai. Aku besok nggak kerja, mau main "bulutangkis" sama temen gereja. Tadi di tempat mancing ngeliat temen gereja yang lagi mancing juga. Mereka mancing udang, dan nggak tahu kalau aku tuh ngeliatin mereka dari jauh ........ aku doain biar dapet banyak deh.......
Pulang kerja mau pergi mancing sama temen, jadi dari jurong east langsung naik taksi ke Pasir Ris. Tadi siang hujan cukup deras, katanya sih kalau hujan tuh air jadi dingin dan ikan-ikan pada lapar, jadi kayanya harapan untuk dapet ikan banyak bisa terlaksana hari ini …he…he…he…. Buat kita sih sebenernya mancing tuh bukan mau dapet ikan aja, tapi relaksnya itu. Kita bisa ngobrol-ngorol sambil nungguin ikan makan umpannya, kalau ikannya nggak makan yah nggak apa-apa sih ..... cuma kesel aja dikit ....
Dapet 5 ekor..... lumayan deh dari pada nggak bawa pulang ikan, malem ini yang mancing banyak banget. Nggak tahu kenapa, mungkin karena besok hari Sabtu kali yeeeehh. Kebanyakan orang di sini nggak kerja hari Sabtu, jadi mereka bisa santai. Aku besok nggak kerja, mau main "bulutangkis" sama temen gereja. Tadi di tempat mancing ngeliat temen gereja yang lagi mancing juga. Mereka mancing udang, dan nggak tahu kalau aku tuh ngeliatin mereka dari jauh ........ aku doain biar dapet banyak deh.......
Thursday, November 09, 2006
Kamis, 09 November 2006
Kemarin malam pulang kerja langsung pergi ke kantor pusat untuk ngambil “prize” yang aku dapet waktu “D & D” hari Jumat yang lalu. Ada temen yang punya mobil bantu nganterin kerumahku. Ternyata barangnya lumayan besar, untungnya nggak terlalu berat jadi semuanya lancar-lancar aje. Temenku yang dapet hadiah pertama juga dateng, kita janjian untuk ketemu di sana sekitar jam 6 sore. Habis bantuin dia bawa turun semua barang-barangnya (ada 5 box), aku pun langsung “cabut” sama temenku. Rencananya kita mau “ngerayain” keberuntunganku dengan nyanyi-nyanyi di salah satu “Karaoke Pub” di daerah Seligi. Kita pergi berempat, salah seorang temanku memang punya bakat nyanyi, suaranya lumayan juga nggak kalah sama artis di Singapore…he…he…he….. Kita enjoy banget semalem, aku juga ikutan nyanyi. Untungnya waktu aku nyanyi lampu di tempat itu nggak pada pecah, soalnya kalian tahu kan suaraku tuh tinggggggiiiiiiii sekaliiiiiiiii ……… sampai kadang-kadang nggak kedengeran saking tingginya ..ha…ha…haa….. Tetapi begitu orang mulai berdatangan ke tempat itu kita pun jadi “gerah” dan akhirnya kita putusin untuk pulang aja deh.
Sampai di rumah sekitar jam 10 lebih, tadi denger dari Lita saluran pembuangan air kita “macet”. Rencananya mau aku betulin hari Sabtu, tapi aku pikir sekalian aja deh biar cepet selesai masalahnya. Aku coba pakai pompa nggak bisa, trus air panas juga nggak mempan, akhirnya nggak ada jalan lain aku pakai tanganku untuk “mengeruk” kotoran yang menutupi salurannya.Ternyata salurannya tuh macet karena minyak bekas masak yang kita buang tuh beku trus menggumpal nutupin pipa saluran airnya. Pipanya nggak besar, cuma cukup buat tanganku masuk ngambil kotorannya. Ternyata di sekeliling pipa air tersebut banyak semen yang melekat dan tajem lagi. Alhasil tanganku pada luka (lecet), semalem sih nggak begitu terasa, tapi waktu mandi tadi pagi lumayan juga perihnya.
Hari ini Lita ULTAH, rencananya kita mau makan malem spesial nanti. Aku udah telepon mami tadi dari kantor untuk nyiapin makanannya. Wah gawat neehhhhh …… hadiah yang aku beli buat dia belum di bungkus, mesti pulang cepet-cepet sebelum doi sampai kerumah. Selamat Ulang Tahun Litaku Sayang, panjang umur Tuhan Memberkati …………. Aku Sayang Kamu Non …………. Sayang banget …..
Tuesday, November 07, 2006
Selamat Pagiiiii
Di kantorku finally punya seorang “cleaner” tetap (setelah beberapa kali diganti), dia adalah seorang perempuan keturunan India (Malaysian), tinggal di Malaysia (Johor) dan berumur sekitar 50 an tahun kita panggil dia “aka” (kakak). Walaupun sudah cukup tua, tetapi orangnya tuh rajin bekerja. Setiap hari dari mulai Senin sampai Sabtu dia bekerja membuang sampah, cuci toilet, mengepel lantai pokoknya bersih-bersih adalah tugasnya. Setiap pagi dia selalu menyapa “hampir” semua orang dengan ucapan “selamat pagi” atau kadang “good morning” (bahasa inggrisnya terbatas) dengan senyum menghias di wajahnya. Bertemu dengan dia setiap pagi tuh bikin aku “happy”……….. “she make my day”, kadang aku pingin seperti dia bisa tersenyum setiap hari (apapun yang terjadi dalam hidupku susah ataupun senang), memberikan salam kepada semua orang yang aku temui, mungkin hal seperti ini bisa membuat hati orang lain menjadi “terhibur” seperti yang aku rasain sekarang. Padahal kita nggak tahu apa yang dia hadapi setiap harinya.
Dia pernah cerita, kalau setiap hari dia tuh bangun jam 2 pagi, cuci pakaian, bersihin rumah dan memasak makanan buat suami dan anak-anaknya, lalu sekitar jam 4 pagi dia sudah berangkat dari rumah setiap harinya, karena harus menumpang bus (irit ongkos) yang menuju Woodlands “check point” dan dari sana dia di jemput “employer”nya dan dianter sampai ke kantorku di Jurong Island. Jam 5 sore dia pulang dari bekerja, dan sampai di rumahnya sekitar jam 8 malam, itu kalau “causeway” (jembatan yang menghubungkan Singapore dengan Johor, Malaysia) tidak macet. Dia bilang kalau macet sampai rumah sekitar jam 9 malem, bayangin ….. berapa lama dia bisa tidur……????? Bagaimana dia bisa tersenyum setiap hari ….????
Temenku cerita, kemarin siang dia ditanya oleh “aka”, sudah makan siang belum ??? temenku jawab belum karena tidak punya uang (sebenarnya dia bercanda). Si aka kaget dan langsung berkata “kalau kamu nggak punya uang, aka kasih uang untuk beli makanan yah …. Sambil merogoh saku bajunya untuk mengambil uang” (dengan paras muka iba sambil menatap wajah temanku) temenku pun buru-buru menolaknya.
Temenku tuh kaget dan sekaligus terharu, dia nggak nyangka kalau reaksi si aka sampai kaya gitu. Dia juga bilang, kalau kejadian tersebut dia ceritakan pada keempat anaknya, dan berharap anak-anaknya bisa menjadikannya sebagai contoh. Padahal kalau dipikir berapa sih gajinya dia sebagai cleaner ……. Trus nggak mungkin juga kan temenku nggak punya uang, kan baru gajian (tanggal muda). Ketulusannya membuat aku dan temanku berkaca diri, apakah kita bisa seperti dia ???? Menolong dengan “tulus”, tanpa berpikir apakah orang itu “berbohong” atau tidak ………. Di jaman sekarang ini, dimana lagi kita bisa bertemu dengan orang seperti ini ……….. ?????? Terima kasih Tuhan, satu lagi pelajaran berharga Engkau tunjukkan kepadaku …….. Aku berdoa buat “aka”, biar Tuhan selalu memberkati hidupnya, beri dia semangat dan kemampuan untuk selalu tersenyum, karena senyumannya telah menghibur banyak orang dan biarkanlah ketulusannya membuat banyak “mata terbuka” …….. Amin.
Monday, November 06, 2006
Memanjakan Diri Saat U-U
Hari ini bangun “agak” kesiangan, cape banget rasanya. Mungkin satu minggu kemaren kita kebanyakan kegiatan, jadi waktu tidurpun kurang. Aku pernah baca dari majalah, kalau kita mau “awet muda”, tidur kita tuh mesti cukup (minimal 6-8 jam sehari). Tetapi bukan cuma sekedar tidur biasa, mesti tidur yang “nyenyak”, bukan tidur yang penuh dengan “mimpi” yang nggak karuan. Bantuin Lita nyiapin rantangan, sarapan, trus berangkat kerja. Sebenernya aku tuh paling nggak suka terburu-buru kaya begini, soalnya kita tuh “tend” untuk lupa kalau lagi terburu-buru. Salah aku sendiri sih kenapa bangun terlambat ………huk…hik…..huk….hik…. (batuk sambil nangis).
Di kantor banyak temen-temenku ngomongin tentang “hadiah” yang aku dapet waktu acara “Dinner & Dance” hari Jumat malem. Pada nanyain mau taruh dimana televisinya ….. ????? Aku jawab aja di “kamar mandi” ………. ????? jadi enakkan kalau aku lagi …Uu….. bisa sambil nonton berita, jadi ….Uu….nya bisa “enjoy” gitu he….he….he….. Kapan lagi mau manjain diri …… betul nggak temen-temen……?????
Di kantor banyak temen-temenku ngomongin tentang “hadiah” yang aku dapet waktu acara “Dinner & Dance” hari Jumat malem. Pada nanyain mau taruh dimana televisinya ….. ????? Aku jawab aja di “kamar mandi” ………. ????? jadi enakkan kalau aku lagi …Uu….. bisa sambil nonton berita, jadi ….Uu….nya bisa “enjoy” gitu he….he….he….. Kapan lagi mau manjain diri …… betul nggak temen-temen……?????
Sunday, November 05, 2006
Minggu, 05 November 2006
Menunggu memang bukanlah pekerjaan yang menyenangkan. Tadi siang abis pulang gereja aku sama Lita pergi ke supermarket di West Mall Bukit Batok untuk belanja. Selesai belanja kita nunggu taksi karena bawaan kita lumayan banyak, udah antriannya panjang, taksinya juga “jarang” banget. Orang-orang yang antri juga pada kesel, soalnya hampir 15 menit tuh nggak ada taksi yang dateng. Padahal di koran-koran dan berita di televisi, para sopir taksi tuh “mengeluh” kalau pendapatan mereka nggak cukup. Tetapi pada kenyataannya mereka tuh kadang suka pada “ngumpet” pada jam-jam sibuk begini biar kita telpon, soalnya kalau telpon kita mesti bayar lebih sekitar 2 dollar 50 sen. Masalah ini sudah lama menjadi bahan pembicaraan orang-orang yang sering memakai jasa taksi di sini. Pemerintah sudah berusaha untuk mengatasi masalah ini, contohnya belum lama ini tarif taksi baru aja dinaikkan supaya lebih banyak sopir yang mau ngambil penumpang. Tetapi kelihatannya semua itu belum bisa mengatasi masalah yang ada. Buat aku sih, kalau pengemudinya juga nggak mau “bekerjasama” yah susah …….
Setelah melakukan perbandingan, ternyata harga daging tuh lebih murah kalau kita beli di supermarket. Mangkanya sekarang kalau kita mau beli daging, kita belinya tuh di supermarket aja. Selain itu juga di supermarket ini, setiap belanja 10 dollar kita dapat satu stiker, dan setelah terkumpul 12 stiker dalam 1 bulan kita akan mendapat voucher seharga 6 dollar …… lumayan kan…he…he…he….
Jam 7 malem kita dapet undangan makan, temennya Lita ulang tahun. Kita makan malem di Swissotel di daerah Clark Quay. Ada 11 orang yang di undang untuk datang, tapi satu orang nggak muncul. Buffet, jadi kita bisa makan sepuasnya cuma sekali bayar. Makanannya “not bad” ada Cray Fish panggang yang rasanya enak banget. Bayangin aja, baru dikeluarin satu nampan besar nggak sampe 15 menit sudah habis. Aku aja baru kebagian setelah tray kedua keluar dari dapur. Selesai makan mereka mau “karaoke”an di China Town, tapi kita langsung pulang soalnya Lita udah kecapean tadi siang dia nggak tidur, bikin baso goreng (ekado) sama shrimp ball untuk menu rantangan.
Setelah melakukan perbandingan, ternyata harga daging tuh lebih murah kalau kita beli di supermarket. Mangkanya sekarang kalau kita mau beli daging, kita belinya tuh di supermarket aja. Selain itu juga di supermarket ini, setiap belanja 10 dollar kita dapat satu stiker, dan setelah terkumpul 12 stiker dalam 1 bulan kita akan mendapat voucher seharga 6 dollar …… lumayan kan…he…he…he….
Jam 7 malem kita dapet undangan makan, temennya Lita ulang tahun. Kita makan malem di Swissotel di daerah Clark Quay. Ada 11 orang yang di undang untuk datang, tapi satu orang nggak muncul. Buffet, jadi kita bisa makan sepuasnya cuma sekali bayar. Makanannya “not bad” ada Cray Fish panggang yang rasanya enak banget. Bayangin aja, baru dikeluarin satu nampan besar nggak sampe 15 menit sudah habis. Aku aja baru kebagian setelah tray kedua keluar dari dapur. Selesai makan mereka mau “karaoke”an di China Town, tapi kita langsung pulang soalnya Lita udah kecapean tadi siang dia nggak tidur, bikin baso goreng (ekado) sama shrimp ball untuk menu rantangan.
Saturday, November 04, 2006
Kejutan Menyenangkan
Rezeki memang sulit di tebak, tahu nggak semalem waktu acara “Dinner and Dance” aku dapet “Lucky Draw”. Mau tahu hadiahnya ……… 32 inch LCD TV …… namanya juga dapet hadiah yah pasti seneng banget rasanya. Sampe di rumah aku kasih tahu Lita, dia juga nggak percaya kalau aku dapet hadiah sebagus itu sampai aku kasih lihat surat tanda buktinya. Dia jadi jejingkrakan ikutan seneng deh …he….he…he…
Beberapa waktu yang lalu, aku pernah bilang sama Lita kalau TV di kamar tuh terlalu kecil (14 inch). Kadang-kadang kalau nonton drama seri Chinese tuh susah mau baca subtitle inggrisnya, maklum kita berdua nggak bisa bahasa mandarin ….. walaupun kita adalah keturunan Chinese …hik….hik…hik… (nangis sambil ketawa). Ternyata Tuhan tuh denger “keluhan” kita dan langsung kasih jawaban ….. Terima kasih Tuhan.
Rencananya hari ini habis pulang kerja mau pergi ke Orchad kirim uang ke Jakarta, soalnya waktu hari Rabu aku kesana tempatnya tutup. Sebentar lagi Lita ulang tahun, jadi sekalian deh mau cari hadiah buat dia. Belum kepikiran sih apa yang mau aku beli, tetapi yang pasti aku mau beliin sesuatu yang betul-betul dia butuhin. Aku nggak mau beli barang yang “mahal” tapi keberadaannya nggak penting, lebih baik beli barang yang walaupun “murah” tapi betul-betul diperluin sama dia. Dari beberapa orang teman aku dapat melihat kalau mereka ulang tahun, trus pacar atau suami/istrinya beliin hadiah yang “mahal” dan “ber-merk” mereka tuh bahagia banget dan bilang sama orang-orang kalau mereka tuh di “sayang” banget. Padahal setelah beberapa hari di pakai trus barang tadi di simpan atau cuma untuk “hiasan” doang, bahkan kadang langsung di simpan dan nggak di pakai karena harganya yang terlalu mahal jadi takut rusak. Buat aku sih yang penting kan bukan “harga” atau “merk”nya, tetapi “ketulusan” dan “kebutuhan” nya ….. betul nggak …..????? Kalau kita tahu apa yang di butuhkan oleh “pasangan” kita, berarti kita tuh betul-betul “kenal” dan “perhatian” kepadanya. Ini sih cuma pendapat saja, mungkin lain orang punya cara menilai yang berbeda yah …….
Beberapa waktu yang lalu, aku pernah bilang sama Lita kalau TV di kamar tuh terlalu kecil (14 inch). Kadang-kadang kalau nonton drama seri Chinese tuh susah mau baca subtitle inggrisnya, maklum kita berdua nggak bisa bahasa mandarin ….. walaupun kita adalah keturunan Chinese …hik….hik…hik… (nangis sambil ketawa). Ternyata Tuhan tuh denger “keluhan” kita dan langsung kasih jawaban ….. Terima kasih Tuhan.
Rencananya hari ini habis pulang kerja mau pergi ke Orchad kirim uang ke Jakarta, soalnya waktu hari Rabu aku kesana tempatnya tutup. Sebentar lagi Lita ulang tahun, jadi sekalian deh mau cari hadiah buat dia. Belum kepikiran sih apa yang mau aku beli, tetapi yang pasti aku mau beliin sesuatu yang betul-betul dia butuhin. Aku nggak mau beli barang yang “mahal” tapi keberadaannya nggak penting, lebih baik beli barang yang walaupun “murah” tapi betul-betul diperluin sama dia. Dari beberapa orang teman aku dapat melihat kalau mereka ulang tahun, trus pacar atau suami/istrinya beliin hadiah yang “mahal” dan “ber-merk” mereka tuh bahagia banget dan bilang sama orang-orang kalau mereka tuh di “sayang” banget. Padahal setelah beberapa hari di pakai trus barang tadi di simpan atau cuma untuk “hiasan” doang, bahkan kadang langsung di simpan dan nggak di pakai karena harganya yang terlalu mahal jadi takut rusak. Buat aku sih yang penting kan bukan “harga” atau “merk”nya, tetapi “ketulusan” dan “kebutuhan” nya ….. betul nggak …..????? Kalau kita tahu apa yang di butuhkan oleh “pasangan” kita, berarti kita tuh betul-betul “kenal” dan “perhatian” kepadanya. Ini sih cuma pendapat saja, mungkin lain orang punya cara menilai yang berbeda yah …….
Friday, November 03, 2006
Jumat, 03 November 2006
Hari ini kantorku kerja setengah hari, cuma orang yang kerja shift saja yang tetap kerja full time. Malam nanti ada “Company Dinner and Dance” di Hotel Intercontinental Singapore. Maksudnya supaya semua orang yang mau datang nanti malam bisa “dandan” dulu, soalnya ada hadiah buat yang berdandan paling baik nanti malam. Sampai-sampai ada seorang teman yang merekomendasikan sebuah “salon” untuk berdandan dengan harga khusus. Cuma dengan menunjukkan company IC kita bisa langsung dapet discount yang cukup lumayan, dan denger-denger hasilnya nggak kalah bagus dengan salon mahal di daerah Orchad lho ……
Acara dimulai jam 7 malam, jadi aku gunakan kesempatan setengah hari untuk pergi mancing sama temenku di Pasir Ris Park. Janjian sekitar jam 2 siang di tempat pemancingan, mudah-mudahan dapet banyak, biar bisa buat dimasak untuk menu rantangan he…he..he…
Acara dimulai jam 7 malam, jadi aku gunakan kesempatan setengah hari untuk pergi mancing sama temenku di Pasir Ris Park. Janjian sekitar jam 2 siang di tempat pemancingan, mudah-mudahan dapet banyak, biar bisa buat dimasak untuk menu rantangan he…he..he…
Thursday, November 02, 2006
Kamis, 02 November 2006
Pulang kerja pergi kerumah temen di Seranggon, aku dan beberapa temen di undang dateng kerumah salah satu temen kantorku untuk makan-makan dalam rangka menyambut lebaran. Sepertinya merupakan sebuah tradisi orang “melayu” di Singapura untuk mengundang teman dan relatif untuk datang kerumah mereka dan makan bersama, orang sini bilang “open house”. Makanan yang di sediain macem-macem, ada soto ayam, ayam masak merah, kambing masak kari, sup tulang dan ada satu yang baru pertama kali aku makan …… tomato rice (kaya nasi goreng tapi pake tomat doang). Seneng banget bisa nyobain makanan baru, bisa jadi ide untuk menu rantangan neh ….he…he…he…
Pulangnya aku mau nyoba naik bus, untungnya ada satu orang temenku yang rumahnya tuh searah dengan aku. Akhirnya kita putusin untuk naik bus, ada 2 bus yang lewat di daerah situ menuju Clementi. Temenku rumahnya di Clementi, rumahku nggak begitu jauh dari Clementi sekitar 15 menit udah gitu ada 2 bus juga yang lewat rumahku jadinya pas banget deh. Setelah menunggu sekitar 5 menit dateng tuh bus nomer 147, dan kitapun langsung naik. Sepanjang perjalanan kita ngobrol terus, sampai nggak terasa sudah sampai di deket Clementi. Setelah temenku turun, nggak lama kemudian aku juga harus turun dan ganti bus 189 ke arah Bukit Batok. Di dalam bus nggak sengaja aku lihat jam tanganku, kaget juga rasanya ….. ternyata sudah jam setengah sepuluh malem. Seingat aku tadi waktu berangkat dari Seranggon tuh baru jam 8 an …… ternyata aku sudah lebih dari 1 jam duduk di dalem bus …. nggak terasa tuh….
Kalau dalam perjalanan jauh kaya gini, rasanya tuh enak kalau ada temen untuk ngobrol. Apalagi topik yang di omongin tuh “kena”, maksudnya kedua belah pihak aktif berbicara. Mangkanya tadi aku putusin untuk naik bus, selain ngirit, pengen tahu jalan, juga karena ada temen yang searah jadi bisa ngobrol nggak “bengong” sendirian. Sekali mengayuh dua tiga pulau terlampaui…….. sambil menyelam minum air …….. kelelep kali yeeeeee……..
Pulangnya aku mau nyoba naik bus, untungnya ada satu orang temenku yang rumahnya tuh searah dengan aku. Akhirnya kita putusin untuk naik bus, ada 2 bus yang lewat di daerah situ menuju Clementi. Temenku rumahnya di Clementi, rumahku nggak begitu jauh dari Clementi sekitar 15 menit udah gitu ada 2 bus juga yang lewat rumahku jadinya pas banget deh. Setelah menunggu sekitar 5 menit dateng tuh bus nomer 147, dan kitapun langsung naik. Sepanjang perjalanan kita ngobrol terus, sampai nggak terasa sudah sampai di deket Clementi. Setelah temenku turun, nggak lama kemudian aku juga harus turun dan ganti bus 189 ke arah Bukit Batok. Di dalam bus nggak sengaja aku lihat jam tanganku, kaget juga rasanya ….. ternyata sudah jam setengah sepuluh malem. Seingat aku tadi waktu berangkat dari Seranggon tuh baru jam 8 an …… ternyata aku sudah lebih dari 1 jam duduk di dalem bus …. nggak terasa tuh….
Kalau dalam perjalanan jauh kaya gini, rasanya tuh enak kalau ada temen untuk ngobrol. Apalagi topik yang di omongin tuh “kena”, maksudnya kedua belah pihak aktif berbicara. Mangkanya tadi aku putusin untuk naik bus, selain ngirit, pengen tahu jalan, juga karena ada temen yang searah jadi bisa ngobrol nggak “bengong” sendirian. Sekali mengayuh dua tiga pulau terlampaui…….. sambil menyelam minum air …….. kelelep kali yeeeeee……..
Wednesday, November 01, 2006
Rabu, 01 November 2006
Makin hari kerjaan makin banyak, bulan kemarin laboratoriumku mencatat “rekor” pendapatan tertinggi sepanjang sejarah. Jumlah pemasukan kotor lebih dari 1 juta dollar Amerika. Betul-betul suatu prestasi yang patut di banggakan, tapi masalahnya siapa yang mendapat “kredit” atas semua kejadian ini ….. ??????
Buat aku, semua laboratorium technician mesti mendapat acungan jempol, mereka adalah barisan depan yang maju “berperang” setiap hari. Kalau tidak ada mereka, seberapa banyakpun “bisnis” yang di dapat tidak dapat di selesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kadang peran penting mereka sering dilupakan oleh “atasan” atau “bagian pemasaran” (sales) yang merasa paling berjasa dalam mendapatkan “kontrak” baru dari pelanggan kita. Mereka tidak pernah berpikir, kalau tidak ada yang mengerjakan test di dalam laboratorium, tidak akan ada “uang” yang masuk bagi perusahaan. Kadang aku kasihan melihat mereka bekerja siang dan malam untuk menyelesaikan semua test yang di minta oleh “client” kita. Sekedar info. Laboratoriumku nggak pernah libur selama 1 tahun (365 hari kerja, 24 jam tanpa henti). Dibagi menjadi 4 group, 2 shift, 12 jam kerja, kebayang nggak gimana sibuknya kita setiap hari ………………
Pulang kerja cepet-cepet pergi ke Orchad, rencananya mau ngirim duit ke Jakarta, eh begitu sampai disana tempatnya tutup. Lita lupa kasih tahu kalau setiap hari Rabu jasa pengiriman uang di bank tersebut tutup. Udah buru-buru dari kantor, ternyata semuanya sia-sia …….. mau marah deh rasanya ……………
Buat aku, semua laboratorium technician mesti mendapat acungan jempol, mereka adalah barisan depan yang maju “berperang” setiap hari. Kalau tidak ada mereka, seberapa banyakpun “bisnis” yang di dapat tidak dapat di selesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kadang peran penting mereka sering dilupakan oleh “atasan” atau “bagian pemasaran” (sales) yang merasa paling berjasa dalam mendapatkan “kontrak” baru dari pelanggan kita. Mereka tidak pernah berpikir, kalau tidak ada yang mengerjakan test di dalam laboratorium, tidak akan ada “uang” yang masuk bagi perusahaan. Kadang aku kasihan melihat mereka bekerja siang dan malam untuk menyelesaikan semua test yang di minta oleh “client” kita. Sekedar info. Laboratoriumku nggak pernah libur selama 1 tahun (365 hari kerja, 24 jam tanpa henti). Dibagi menjadi 4 group, 2 shift, 12 jam kerja, kebayang nggak gimana sibuknya kita setiap hari ………………
Pulang kerja cepet-cepet pergi ke Orchad, rencananya mau ngirim duit ke Jakarta, eh begitu sampai disana tempatnya tutup. Lita lupa kasih tahu kalau setiap hari Rabu jasa pengiriman uang di bank tersebut tutup. Udah buru-buru dari kantor, ternyata semuanya sia-sia …….. mau marah deh rasanya ……………
Subscribe to:
Posts (Atom)