Pagi ini begitu aku sampai di Bukit Batok MRT station, aku lihat ada papan pengumuman yang di taruh dekat jalan masuk ke station. Kalau begini pasti ada “kejadian” penting atau ada gangguan terhadap jadwal MRT. Sampai di “platform” tiba-tiba ada perberitahuan dari kepala station kalau ada “incident” di Yishun MRT station, nggak di kasih tahu jelasnya apa yang terjadi. Diberitahukan juga MRT service ke arah North cuma sampai Sembawang saja, jadi orang yang mau pergi ke Marina Bay mesti tuker arah lewat Jurong mangkanya MRT ke arah sana jadi penuh banget. Tadi pagi 3 kereta lewat, tapi aku nggak bisa naik, untungnya yang ke 4 bisa masuk, kalau nggak pasti aku terlambat.
Di Jurong East MRT station juga jadi “semrawut”, orang pada lari-lari turun karena sudah terlambat (bus jemputannya udah nungguin). Banyak bus yang pada berhenti di pinggir jalan karena nunggu, jalanan jadi macet, trus salah seorang temenku (orang Indonesia) bilang, kaya di kampung rambutan aja yah …..he…he…he….
Sistem angkutan yang “canggih” dan “teratur” memang dimiliki oleh Singapura, tetapi hal seperti ini membuat orang menggunakan sarana ini jadi “ketergantungan” dan “manja”. Ada masalah “kecil” seperti ini saja mereka sudah “kalang-kabut”, nggak berusaha untuk cari alternatif lain dan ujung-ujungnya pada “komplen” ke pemerintah. Mereka nggak pernah berpikir, kalau sebuah sistem tuh ada “limit” nya, kaya mobil satu hari kalau di pakai terus pasti ada “mogok” nya juga. Tinggal di sini tuh membuat kita jadi kaya “robot”, semuanya serba “rutin”. Kalau sekali programnya kena “virus” atau “terganggu” semuanya jadi berantakan. Kita jadi lebih banyak “mengeluh”, bukannya berusaha untuk mencari jalan keluar kalau ada masalah, bisanya cuma komplen……komplen……dan komplen. Kejadian hari ini bikin aku “belajar” satu hal, jangan cuma “mengeluh” saja (nggak ada untungnya, malah mungkin memperburuk situasi), berusaha sebaik mungkin jangan pernah menyerah kalau sekali-sekali “jatuh”…….gimana temen-temen setuju nggak ????????
No comments:
Post a Comment