Semalem aku nonton film di TV berdua sama Lita sambil tiduran di kasur, film ini bercerita tentang seorang “bapak” yang terbelakang “mental” nya berusaha untuk mendapatkan “hak” asuh untuk anak perempuan satu-satunya. Judul film ini “I am Sam”, cukup panjang juga ceritanya, mulai sekitar jam 10 dan selesai sekitar jam 1 pagi. Film ini bercerita bagaimana perjuangan seorang bapak yang “idiot” berusaha mendapatkan anaknya kembali.
Di Amerika, pemerintah betul-betul menjaga kesejahteraan anak, kalau orang tua di “anggap” tidak mampu untuk membesarkan anaknya, maka pemerintah akan ambil alih tanggung jawab untuk membesarkan anak itu. Terharu jadinya melihat bagaimana perjuangan sang bapak yang punya kemampuan “otak” yang sangat terbatas berusaha untuk mendapatkan anaknya kembali. Ia “menyewa” seorang pengacara perempuan yang “sukses” tapi kehidupan rumah tangganya “berantakan”. Film ini menggambarkan dua kehidupan yang berbeda, tapi keduanya sama-sama menderita. Si bapak yang “idiot” hidup dengan sederhana dengan anak perempuannya dan si pengacara yang “pintar” tapi tidak bahagia di rumah karena kesibukan kerjanya sampai tidak punya waktu untuk anak lelakinya, serta suami yang juga sibuk dan jarang pulang kerumah.
Kepolosan si bapak dalam menjawab pertanyaan waktu dia di minta untuk jadi “saksi” membuat aku dan Lita terharu. Kita berdua sampai “menangis” waktu menontonnya. Dari sini kita dapat ambil kesimpulan, Kesuksesan tidak menjamin kalau hidup seseorang akan “bahagia”, tapi keserdehanaan juga dapat membawa kebahagiaan. Terima kasih Tuhan, buat waktu yang Engkau berikan buat aku dan Lita nonton film ini sama-sama. Biarlah setelah kita nonton film ini, kita jadi lebih bisa “menghargai” satu dengan yang lain, tidak memandang rendah orang lain dan hidup sesuai dengan kemampuan, jangan berlebihan.
No comments:
Post a Comment