Tuesday, September 05, 2006

Selasa, 05 September 2006

"MERTUA DAN MENANTU"

Pagi-pagi sudah hujan, udah gitu “geledek”nya juga keras banget kaya ada perang rasanya. Kita keluar rumah lebih pagi hari ini, biasanya kalau hujan busnya juga agak terlambat. Sarapan pagi mamiku masakin “kwetiau kuah”, aku, Lita dan mami masing-masing satu mangkuk. Sebenernya Lita sudah bilang sama mamiku, kalau dia lagi nggak kepingin makan “kwetiau”, tapi nggak tahu kenapa mamiku siapin juga buat dia. Lita nggak makan “bagiannya”, dia makan sama ayam bakar (menu ‘rantangan” hari ini).

Kelihatannya Lita sedikit “kesel” sama mami, soalnya dia sudah bilang nggak mau tapi mamiku masih siapin juga buat dia. Udah gitu kemaren juga mami bikin jagung “kukus” banyak banget. Maksud mami mungkin dia mau kita makan jagung itu sama-sama, tapi hari itu kita lagi nggak mau makan jagung soalnya masih banyak makanan lain yang harus di makan. Mamiku selalu pingin “share” segala macem, baik makanan, kue atau minuman. Ini memang yang selalu dia lakukan dari dulu waktu aku masih kecil, apapun juga yang kita punya (terutama makanan) akan di bagi “rata” buat semua anggota keluarga. Kadang memang rasanya kita jadi “terpaksa” untuk makan walaupun kita nggak mau. Waktu aku kecil kehidupan keluargaku “susah”, papiku sakit kurang lebih 20 tahun. Mamiku adalah tulang punggung keluarga saat itu, setiap hari kalau mau makan semua “lauk pauk”nya di bagi sama rata buat semua anggota keluarga. Mamiku nggak pilih kasih, semuanya dapat bagian yang sama.

Lita datang dari latar belakang yang berbeda dengan keluargaku, di dalam keluarganya mereka bebas untuk bilang tidak kalau mereka betul-betul tidak mau. Perbedaan latar belakang ini yang selalu bikin masalah di rumah antara mamiku, Lita dan aku sendiri. Aku jadi susah banget rasanya, satu sisi aku nggak mau nyakitin hati mami, di sisi yang lain aku juga nggak mau lihat Lita susah hati dan sedih. Aku berusaha bersikap se”netral” mungkin, tapi kadang-kadang namanya manusia sering terbawa “emosi” jadi kacau deh semuanya. Mungkin kadang Lita menilai aku terlalu memihak sama mamiku atau kadang mamiku berpikir aku memihak ke istriku. Susah banget rasanya, aku nggak mau yang macem-macem. Aku cuma mau semuanya baik-baik saja, aku nggak tahu mesti gimana lagi. Aku selalu berdoa minta “tolong” sama Tuhan, sadarin semuanya dan kuatin aku supaya aku bisa jadi penengah yang baik. Aku sayang sama kalian berdua,tapi kalau sudah begini aku nggak tahu mesti gimana……. ????????

No comments:

Post a Comment